Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2024, 15:35 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia baru saja menggelar pesta demokrasi Pemilu 2024 pada Rabu (14/2/2024) kemarin. Pada masa Pemilu 2024, setiap orang mempunyai pilihan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). 

Tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi pendukung fanatik salah satu pasangan calon. Bahkan, cenderung mengarah kepada tindakan fanatisme berlebihan

Baca juga:

Praktisi Hidup Berkesadaran (Mindful Living), Adjie Santosoputro, mengatakan, fanatisme berlebihan merupakan sebuah bentuk kemelekatan atau attachment

Ada yang fanatik mendukung capres yang itu. Setiap kali ada yang meragukan, atau kritik sedikit saja ke “bapak” itu, dia langsung membelanya mati-matian. Dia merasa mendukungnya dengan penuh cinta,” ujar Adjie dikutip dari utas X pribadinya, @AdjieSanPutro, Minggu (18/2/2024). 

Menurut Adjie, sebaiknya para pendukung fanatik capres, sebaiknya mulai mengendurkan kemelekatan atau attachment tersebut. Selain Pilpres telah usai, kemelekatan atau attachment dalam bentuk fanatisme berlebihan tersebut memiliki dampak negatif. 

Pelan-pelan kendurkan kemelekatan attachment itu, karena hanya menyebabkan ketakutan, cemas, iri, bahkan kemarahan, kebencian, konflik, dan terutama penderitaan,” imbuhnya. 

Ciri-ciri fanatisme berlebihan 

Ilustrasi fanatisme berlebihanShutterstock/fizkes Ilustrasi fanatisme berlebihan

Lantas, apa saja ciri-ciri fanatisme berlebihan yang merupakan bentuk kemelekatan atau attachment tersebut? 

Adjie mengatakan, seorang dikatakan memiliki kemelekatan atau attachment jika dia selalu merasa ketakutan dan cemas, pada setiap momen yang berhubungan dengan capres tersebut. 

Iri kalau pesaing capres itu lebih baik. Sampai dia hobi ribut, marah, benci, konflik dengan siapapun yang beda pilihan,” tutur Adjie dalam utas X. 

Tidak hanya berkaitan dengan capres, Adjie menuturkan kemelekatan atau attachment bisa terjadi pada aspek lain, seperti fans klub bola, grup idol musik, pasangan, dan sebagainya.

Adjie menegaskan bahwa kemelekatan atau attachment tersebut bukanlah bentuk cinta. 

Mendukung yang seperti itu mendukung penuh cinta, atau itu sebenarnya kemelekatan-attachment? Itu kemelekatan-attachment. Dan kemelekatan-attachment itu bukanlah cinta,” tegasnya. 

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com