Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Risiko Menikahi Laki-laki Tidak Bekerja bagi Rumah Tangga 

Kompas.com - 31/05/2024, 22:58 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Dewasa ini, banyak perempuan yang sudah memiliki penghasilan sendiri. Kondisi tersebut, menjadi salah satu alasan perempuan bersedia menikah dengan laki-laki yang tidak bekerja, meskipun jumlahnya tentu tidak mayoritas. 

Namun demikian, ada sejumlah risiko menikahi laki-laki yang tidak bekerja. Meskipun, sudah ada pembagian peran antara suami dan istri dalam rumah tangga. 

Baca juga: Keseringan Main HP Sebelum Tidur Ganggu Hubungan dengan Pasangan?

Lantas, apa saja risiko menikahi laki-laki yang tidak bekerja? Simak pandangan dari para psikolog berikut ini. 

Risiko menikahi laki-laki yang tidak bekerja 

Ilustrasi risiko menikahi laki-laki tidak bekerja
Unsplash Ilustrasi risiko menikahi laki-laki tidak bekerja

1. Beban tidak seimbang 

Risiko pertama adalah beban yang tidak seimbang antara suami dan istri dalam rumah tangga. Ironisnya, faktor ini merupakan akar dari semua permasalahan dalam biduk rumah tangga. 

Psikolog Dr. Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi, mengatakan, peran gender di Indonesia masih cenderung tradisional. Dalam arti, lanjutnya, tugas suami adalah mencari nafkah, sedangkan istri adalah ibu rumah tangga. 

Maka, jika dalam rumah tangga hanya istri yang bekerja, seringkali istri akan memiliki beban ganda. Selain mencari nafkah, seorang istri masih harus menanggung kewajibannya sebagai ibu rumah tangga, sesuai dengan peran gender yang masih cenderung tradisional. 

“Jadi, istri mencari nafkah dan tetap diharapkan melakukan tugas rumah tangga,” ujarnya saat dikonfirmasi Kompas.com, dikutip Jumat (31/5/2024). 

Dihubungi terpisah, Psikolog Klinis Forensik, Dra.A. Kasandra Putranto, menyampaikan pendapat serupa. Kasandra mengatakan, beban kerja tidak seimbang menjadi salah satu risiko utama menikahi laki-laki yang tidak bekerja. 

Terlebih, jika suami juga enggan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah tangga.

“Jika seorang perempuan bekerja mencari nafkah, dan tetap harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa bantuan suaminya, ini dapat menyebabkan beban kerja yang berlebihan bagi perempuan tersebut,” tuturnya kepada Kompas.com. 

Baca juga: Apa Itu Love Bombing? 8 Tanda Pasangan Melakukannya

2. Memicu konflik 

Menikah laki-laki yang tidak bekerja, juga bisa memicu konflik, menurut pandangan dua psikolog tersebut. Mulai dari konflik finansial hingga konflik dengan keluarga besar. 

Pingkan menuturkan, meskipun tidak bekerja beberapa laki-laki tetap merasa dominan di rumah tangga, termasuk dalam pengambilan keputusan pembelian barang. Sementara di satu sisi, istri merasa bahwa suami tidak berkontribusi secara finansial.

“Kondisi ini dapat memicu konflik, karena istri merasa suami tidak berkontribusi secara finansial, istri dapat saja mengabaikan pendapat suami, sehingga terjadi konflik di antara mereka,” tutur Pingkan. 

Konflik juga bisa terjadi dengan keluarga besar. Misalnya, keluarga besar dari pihak istri yang menginginkan menantunya bekerja.

Baca juga: 10 Tanda Punya Pasangan tapi Kesepian, Apa Kamu Termasuk? 

3. Ketegangan dalam hubungan 

Selain konflik, ketidakmampuan suami dalam memberikan kontribusi finansial, juga dapat menyebabkan ketegangan hubungan pasangan. 

“Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan, harga diri, dan martabat perempuan, serta mengganggu keseimbangan kekuasaan dalam rumah tangga,” tutur Kasandara. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com