Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anand Ashram Mengolah Diri, Menebar Cinta

Kompas.com - 29/11/2008, 15:58 WIB

Kurang lebih 100 orang berada di sebuah ruangan ber-AC seluas sekitar 70 meter persegi. Terasa agak sesak memang. Semua duduk bersila dengan takzim. Lampu-lampu besar dimatikan, dan hanya beberapa lampu kecil yang menyala. Suasana menjadi temaram dan hening.

Terdengar suara perempuan. Tak ada suara lain, selain suaranya, kecuali suara tarik-embus napas seratusan orang itu. ”Kembali ke diri kita... apa yang sudah kita lakukan... hati yang bening... kedamaian diri,” begitulah penggalan-penggalan  suara Ibu Norma, perempuan tersebut.

Semua orang itu sedang bermeditasi. Dalam keheningan masing-masing orang melakukan perjalanan ke dalam dirinya sendiri. Mengolah emosi, mengolah batin, menuju ke kedamaian hati, di sore hari, Sabtu, 8 November 2008.

Di ruang itu ada Adik (25), perempuan, Islam, suku Sunda, karyawan; M Yudanegara (40-an), lelaki, Hindu, Bali, karyawan; Wea Napitupulu (20), perempuan, Katolik, Batak, mahasiswa; Johannes (30-an), lelaki, Katolik, Tionghoa, karyawan; Dozan (40), lelaki, Islam, Sumatera Barat, karyawan.
Wajah-wajah dan sosok orang-orang itu beragam. Ada yang bermata sipit. Ada yang keriting. Ada yang mancung. Ada yang berjilbab. Lelaki-perempuan, anak-anak hingga orang tua.

”Saya berada di sini karena cinta, karena kasih,” ujar  Dozan, yang sudah sejak 2003 aktif mengikuti kegiatan di Jalan Sunter Mas Barat II, Sunter, tersebut. Rumah tinggal dua lantai di Sunter itu adalah milik  Anand Ashram. Selengkapnya bernama Anand Ashram Foundation, Center for Holistic Health & Meditation.

Cinta? Jawaban yang kurang lebih sama juga meluncur dari mulut Adik dan Yudanegara. Tentu, cinta di sini tak bisa dipahami sebagaimana diobral dalam cerita di sinetron kacangan. ”Cinta adalah Tuhan,” jelas Anand Krishna, sang ”bapak” komunitas ini.

Karena cinta Tuhan lah maka ada manusia. Dan Tuhan tidak menciptakan manusia berdasarkan sekat bernama agama, ras, kebangsaan, harta, atau sekat apa pun. Tuhan itu universal.

Maka di Anand Ashram Yudanegara, Johannes, Norma, dan lainnya menggali dan mengaplikasikan cinta, tanpa harus menanggalkan baju agamanya. Mereka, sebagaimana diajarkan Bapak Anand—begitu mereka menyapa dia—melakukan olah batin untuk menghidupkan daya cinta di dalam diri masing-masing, dengan bermeditasi secara teratur.

Dengan bermeditasi manusia masuk ke dalam dirinya sendiri. ”Kami diajak untuk melakukan pengendalian diri, pengenalan diri, sehingga akan didapat kejernihan hati, pikiran, dan kesehatan,” tutur Yudanegara yang sudah aktif di Anand Ashram sejak 1991, dan kini menjadi Wakil Ketua Yayasan Anand Ashram.

Meditasi yang dilakukan secara rutin, dengan kesungguhan hati, akan membuahkan pemahaman diri, dan penerimaan diri apa adanya. ”Hidup saya terasa menjadi lebih seimbang dengan metode yang saya dapat di sini,” lanjut Yudanegara, yang berkarier di sebuah bank. Hidup tak lagi dikuasai dengan syak wasangka, emosi, dan egoisme.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com