Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bayi Mendadak tak Bernyawa

Kompas.com - 21/11/2009, 08:22 WIB

Sulit Napas
Sesudah bayi lahir, ada kejadian yang dinamakan asfiksia. Yakni bayi mengalami kesulitan bernapas. Biasanya akan menampakkan gejala biru, susah bernapas, dan berkurangnya denyut jantung.

Disfungsi Pada Batang Otak
Usia terbanyak kejadian SIDS ditemui pada bayi usia 2-4 bulan. Sedangkan mayoritas atau 95 persen, dijumpai pada bayi di bawah 6 bulan. Penyebabnya, kemungkinan terjadi disfungsi atau gangguan pada batang otak. Gangguan ini mengakibatkan berubahnya pola pernapasan si bayi. Dalam bahasa Inggris istilahnya arousal, yang bisa digambarkan mirip orang yang kekurangan oksigen selagi tidur. Ini membuatnya gelagapan dan terbangun, tapi kemudian bisa tertidur lagi. Nah, pada bayi, tingkat kewaspadaan inilah yang terganggu sementara ia tak mampu mengatasinya. Singkatnya, berawal dari fungsi otak yang terganggu/berkurang tanpa diketahui penyebabnya. Proses arousal-nya pun jadi kurang bagus yang diikuti dengan pola tidur dan kontrol kurang bagus serta pola pernapasannya juga tak baik. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan gangguan/perubahan denyut jantung dan peningkatan suhu tubuh. Akibatnya, paru-parunya jadi kekurangan oksigen lalu menyebabkan gangguan berhenti napas.

Posisi Tidur Tengkurap
Kejadian SIDS akibat posisi tidur tengkurap ternyata sekitar 3 kali lebih besar dibanding posisi terlentang. Ini bisa dimengerti karena pergerakan kepala pada pada bayi usia 2 bulan mestinya sudah kuat. Sedangkan bayi dengan gangguan di otak umumnya tidak kuat mengangkat kepalanya. Akibatnya, posisi tidur tengkurap memperbesar kemungkinan terjadinya SIDS. Belum lagi faktor kasur yang sangat empuk atau lunak, yang menyebabkan kepalanya "terbenam" ke dalam kasur. Akibatnya, bayi kesulitan mengangkat kepalanya mencari udara bebas. Di lain pihak, sebetulnya kalau kondisi si bayi normal-normal saja (dalam arti tak ada dasar gangguan otak), maka posisi tidur tengkurap tak memicu terjadinya SIDS. Sayangnya, ada-tidaknya gangguan atau kelainan pada batang otak bayi baru lahir, tidak mudah segera diketahui. Sementara dari hasil otopsi pada bayi-bayi di luar negeri yang mengalami SIDS, ternyata kejadian ini terutama terjadi pada bayi-bayi yang memiliki kelainan pada batang otak, pembengkakan pada paru-paru, dan perdarahan pada daerah sekitar dada. Semua itu dapat terjadi akibat kondisi asfiksia/kesulitan bernapas akibat hipoksia atau kekurangan oksigen dalam jangka waktu cukup lama dalam darahnya.

Dialami Ras Tertentu
Soal ras ternyata merupakan salah satu faktor munculnya kejadian SIDS yang banyak terjadi pada kalangan kulit hitam. Namun, tandas Bambang, itu kejadian di luar negeri, sedangkan di Indonesia belum ada penelitiannya.

Kurang Pengawasan
Bisa pula terjadi bayi tertutup selimut dalam keadaan tidur. Tentu saja risiko SIDS tetap terbuka, terlebih bila dibarengi dengan kurangnya pengawasan orang tua. Selama tetap diawasi dengan baik, menyelimuti bayi tak akan jadi masalah. Selain itu, pernah pula dilaporkan bayi mengalami SIDS karena hidung dan mulutnya tertutup payudara si ibu saat menyusui. Kemungkinan ini terjadi bila ibu menyusui bayinya sambil tiduran, tapi kemudian tertidur karena capek. Tertutupnya mulut dan hidung si bayi membuat bayi seperti dibekap.

Bedong Terlalu Kuat
Karena ingin anaknya merasa hangat, orang tua biasanya membedongnya kuat-kuat. Padahal, mestinya orang tua tahu, bayi bernapas menggunakan dada dan perut. Bayangkan, bayi yang dibebat kuat pasti napasnya kembang-kempis alias susah payah. (Dedeh Kurniasih/Tabloid Nakita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com