Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Repot Disinggahi Imigran Ilegal

Kompas.com - 23/11/2009, 06:40 WIB

Namun, dia juga mempertanyakan, sampai kapan kebaikan itu bisa terus diberikan kepada mereka. Apalagi imigran tersebut sejatinya memang tak hendak tinggal di Indonesia, melainkan ke Australia.

Kedatangan imigran pun berkonsekuensi pada keharusan menjaga mereka oleh aparat keamanan RI, baik di sekitar kapal kayu maupun vila tempat hunian sementara imigran itu.

Terkait dengan kondisi Banten yang sering dilewati arus imigran, Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah mengatakan pentingnya segera dibangun gedung detensi untuk menampung imigran gelap. Apalagi hingga saat ini Banten belum memiliki rumah detensi. ”Tugas provinsi adalah membantu, misalnya dari sisi penyiapan lahan. Untuk bangunan, nanti bisa ditindaklanjuti pemerintah pusat melalui Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia,” kata Atut.

Biro Umum dan Perlengkapan Provinsi Banten pun akan menginventarisasi lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan gedung detensi tersebut. Itikad menyediakan rumah detensi ini tentulah tidak akan muncul apabila tidak banyak imigran yang singgah atau ditangkap di Banten.

Wakil Gubernur Banten Mohammad Masduki ketika ditanya mengenai kerepotan yang dihadapi pemerintah daerah dalam mengurusi imigran berandai-andai, kalau saja imigran yang tujuannya ke negara lain itu bisa dilarang melewati atau masuk ke Banten, mereka tidak terbebani. Namun, dia memahami bahwa penangkapan imigran ini karena mereka melanggar aturan saat memasuki wilayah Indonesia ketika hendak ke negara lain.

”Mudah-mudahan arus imigran ini tidak berlanjut. Cukup Sri Lanka dan Afganistan yang lalu itu saja,” kata Masduki, Minggu kemarin.

Sebentuk harapan yang realistis apabila menimbang banyaknya kerepotan ketika harus mengurusi imigran ilegal itu. Teringat ketika ada seorang warga Cilegon berujar dengan nada penuh tanya, ”Tujuan mereka kan ke Australia, kenapa kita yang repot? Kawal saja mereka keluar dari wilayah perairan Indonesia dan biarkan mereka berlayar ke Australia.” Apa ya berani?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com