Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2013, 06:52 WIB

Sadar kognisi
Saya mengenal seseorang yang skor IQ-nya berada di bawah rata-rata, namun begitu keras hatinya. Setelah menamatkan kuliah S1-nya, ia mengambil kursus programmer perangkat lunak yang canggih dan paling laku, memperbaiki nilai TOEFL-nya, sehingga sekarang menjadi programer yang langka dan berupah besar, jauh dari teman-temannya yang paling tidak ber IQ rata-rata. Hal ini lagi-lagi menjadi bukti bahwa kita memang tidak bisa sekadar mengandalkan angka IQ sebagai penentu kinerja kognitif seseorang.

Hal yang perlu kita waspadai adalah sikap mengistirahatkan otak atau malas berpikir. Meski punya IQ tinggi, namun bila tidak dilatih, akan membuat otak kita cepat berkarat. Contoh sederhana adalah sering kita mengetahui sesuatu tetapi lupa di mana kita bisa menggali memori kita. Jadi, kata atau nama itu seolah ada di ujung lidah tetapi tidak bisa diucapkan.

Ini tanda otak kita memerlukan alertness agar selalu bisa menyajikan memori yang tersimpan. Bila kita serius untuk menajamkan kemampuan kognitif kita, kita pun perlu berhati-hati dengan pemanjaan teknologi, misalnya penggunaan memori nomor telepon di ponsel yang menyebabkan kita tidak terbiasa menghapal nomer telepon lagi.

Selain itu, GPS yang semakin lama semakin friendly, menyebabkan kegiatan mapping di otak kita beristirahat. Perangkat lunak penerjemah, menyebabkan kita tidak berpikir keras untuk bertata bahasa yang baik, padahal bahasa adalah latihan otak yang sangat baik.

Kita perlu sadari bahwa orang yang berotak encer memiliki kebiasaan untuk terbuka dan mengosongkan pikirannya, sehingga ia semakin trampil mencari informasi. Sementara, orang yang mandeg, merasa nyaman-nyaman saja dan merasa sudah tahu segalanya. 

(Eileen Rachman/Sylvina Savitri, EXPERD Consultant)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com