Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Resep Kebahagiaan: Jiwa dan Raga di Usia yang Sama

Kompas.com - 27/01/2019, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketimbang menuntaskan masalah yang ada atau menghadapi segala sesuatu sesuai proporsinya, pelampiasan emosi ditumpahkan di sekantong keripik, kue basah, es krim, coklat, hingga kemewahan high tea dengan hidangan mini sarat kalori minus nilai gizi.

Tak heran orang zaman dahulu memandang kemakmuran dengan tubuh berisi dan pipi tembem. Metafor yang amat mengecilkan nilai kebahagiaan dan kekayaan.

Kebahagiaan yang ‘tinggal kelas’ tentu akan tertuang dalam perilaku makan, minum, hingga seks. Karena itu bagian dari kasta terbawah dorongan kebutuhan nafsu.

Sedangkan, apabila kebahagiaan itu mampu ditingkatkan nilainya, maka seorang manusia akan masuk ke dalam kasta kebutuhan yang lebih tinggi sesuai dengan perkembangan usia yang diyakini mampu menuerap kedewasaan moral.

Baca juga: Pangan ?Ultra-Proses?: Sukses Ekonomi Berbuah Kematian Dini

Makan tidak hanya untuk menggemukkan badan, melainkan bisa memberi makan orang lain juga.

Kebutuhan bonding tidak lagi bicara seks semata, melainkan keinginan untuk mencintai dan melindungi serta memberi visi tentang masa depan.

Maka, di usia senja, kita sama-sama bisa mengharapkan cukup banyak kelompok senior yang walaupun tubuhnya dipertahankan ramping, tapi amalnya melebihi gunung. Sekali pun rumahnya sederhana, tapi ruangan jiwanya dipenuhi kebajikan manusia filantropis.

Baca juga: Gizi Minimalis: Timpangnya Literasi dan Supervisi

Dalam banyak kepercayaan dan keyakinan religius, sosok seperti itu diandaikan tokoh yang diliputi kebahagiaan surga dan dunia.

Untuk tidak terlalu muluk dan berandai-andai, saya yakin siapa pun bisa menjalaninya – karena tuntunan rohani tentunya dimaksudkan untuk menjinakkan nafsu ragawi. Mulailah dengan satu langkah sederhana: mari makan sesuai kebutuhan usia dan beban kerja.

Baca juga: Pascatsunami, Mari Evaluasi Gizi dan Edukasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com