Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jarak 2 Meter Ternyata Tak Cukup Cegah Penyebaran Covid-19?

Kompas.com - 10/09/2020, 15:18 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Healthline

Menurut dia, banyak faktor yang dapat memengaruhi seberapa jauh tetesan dapat menyebar.

Jika kelembapan udara rendah, tetesan besar bisa menyusut dan bertahan lebih lama di udara. Angin di luar atau ventilasi di dalam juga bisa membawa tetesan tersebut semakin jauh.

"Gagasannya ada garis keliling setinggi dua meter dan jika kita berada satu inci saja melebihi garis itu maka kita tidak aman. Gagasan itu sungguh tidak masuk akal," katanya, seperti dilansir Healthline.

Baca juga: Virus Corona Menyebar di Udara, Partikel Aerosol Covid-19 seperti Asap Rokok

Sampai empat meter

Dalam sebuah tinjauan sistematis terbaru, 8 dari 10 penelitian menemukan bahwa tetesan ekspirasi dapat melakukan perjalanan lebih dari dua meter dari orang yang terinfeksi, bahkan dalam beberapa kasus hingga delapan kaki.

Dalam sebuah penelitian, para peneliti menemukan jarak penularan virus bisa mencapai hampir empat meter.

Ada pula kasus latihan paduan suara di negara bagian Washington pada Maret lalu, di mana satu orang dengan gejala Covid-19 menularkan virus ke setidaknya 32 penyanyi lainnya.

Kekuatan mengembuskan napas ketika bernyanyi dianggap membantu penyebaran virus tersebut. Meski begitu, faktor lain seperti berbagi makanan atau benda lainnya juga bisa berkontribusi.

Baca juga: Teori Temperatur Tekan Penyebaran Covid-19 Diragukan

Penularan di dalam ruangan

Salah satu pesan kunci dari jaga jarak adalah jika berada di luar ruangan, risiko kita terinfeksi virus cenderung lebih rendah. Sebab, virus akan lebih cepat menghilang, yang artinya tingkat paparan lebih rendah.

"Jika kita berada di dalam ruangan dan seseorang batuk, bersin, atau bicara, tetesan tersebut akan berada di sana untuk beberapa waktu."

"Tidak peduli di mana pun lokasi kita, kita akan bernapas dengan udara yang mengandung tetesan tersebut, terutama jika ventilasinya buruk," ungkap Capecelatro.

Sebuah makalah pracetak yang dibuat oleh peneliti asal Jepang menemukan bahwa risiko penularan di dalam ruangan mencapai 18,7 kali lipatnya. Namun, hasilnya masih perlu dikaji kembali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com