Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diet Puasa Tak Terlalu Bermanfaat untuk Menurunkan Berat Badan

Kompas.com - 25/06/2021, 08:32 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puasa intermiten atau intermittent fasting menjadi salah satu metode diet yang populer karena klaimnya dapat menurunkan berat badan dengan cepat.

Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa program diet ini kurang efektif daripada diet tradisional dan memiliki dampak yang kurang baik bagi kesehatan tubuh.

Para ahli yang mempelajari puasa intermiten juga memperingatkan agar orang-orang tidak mudah termakan janji-janji penurunan berat badan yang cepat dari diet ini.

Dalam sebuah uji coba terkontrol secara acak menemukan peserta yang menerapkan puasa intermiten justru kehilangan berat badan lebih sedikit daripada mereka yang melakukan diet tradisional.

Bahkan, ketika kedua kelompok akhirnya membatasi jumlah kalori yang sama.

Baca juga: Hati-hati, 9 Potensi Efek Samping dari Diet Puasa

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa orang-orang dalam kelompok puasa intermiten juga kehilangan lebih banyak massa otot dan lebih sedikit lemak tubuh karena kurangnya aktivitas fisik.

"Temuan tersebut menunjukkan apabila puasa intermiten bukan metode diet yang ajaib dan tidaklah istimewa dibandingkan dengan diet standar lainnya."

Demikian penuturan penulis utama studi sekaligus profesor fisiologi metabolik di University of Bath, James Betts.

"Meskipun, penting untuk dicatat bahwa pendekatan pola makan dari diet ini memang dapat menyebabkan penurunan berat badan, katanya.

Betts juga mengungkapkan bahwa studi tersebut tidak dirancang untuk mengetahui diet mana yang terbaik, melainkan untuk memahami puasa dengan lebih baik.

"Siapa pun yang menganggap puasa menarik tidak perlu beralih ke diet lain, tetapi harus mempertimbangkan efek apa yang mungkin dan tidak mungkin tidak dimiliki dari puasa," terangnya.

Baca juga: 7 Makanan Diet yang Bisa Bikin Berat Badan Malah Naik

Temuan studi

Penelitian ini melibatkan 36 orang dewasa yang sehat dan mereka dipantau selama sebulan untuk mengukur pola makan, serta kebiasaan olahraga.

Mereka makan sekitar 2.000 hingga 2.500 kalori per hari pada awal penelitian dan kemudian secara acak dibagi menjadi tiga kelompok:

• Kelompok 1 mewakili diet tradisional. Peserta makan 25 persen lebih sedikit kalori setiap hari dari menu makanan dasar mereka setiap hari.

• Kelompok 2 mewakili puasa intermiten. Peserta tidak makan apa pun pada suatu hari dan kemudian mengonsumsi 150 persen dari menu makanan dasar mereka pada hari berikutnya.

• Grup 3 juga mewakili puasa intermiten tetapi tanpa defisit kalori bersih. Peserta tidak makan apa pun pada suatu hari, kemudian mengonsumsi 200 persen dari menu makanan dasar mereka pada hari berikutnya.

Baca juga: Tips Agar Comfort Food Tidak Bikin Berat Badan Naik

Hasilnya, dua kelompok pertama mengurangi jumlah kalori yang sama secara keseluruhan, tetapi dengan cara yang berbeda.

Sementara kelompok ketiga sama sekali tidak mengurangi kalori secara keseluruhan karena peserta makan dua kali lebih banyak pada hari berikutnya.

Setelah tiga minggu rejimen ini, orang-orang yang melakukan diet tradisional kehilangan sebagian besar lemak mereka dan dapat menurunkan berat badan sekitar 1,9 kg.

Sedangkan, kelompok yang melakukan puasa intermiten kehilangan 1,5 kg, yang setengahnya lemak dan setengahnya lagi massa otot.

Kemudian, orang-orang dalam kelompok ketiga tidak kehilangan banyak berat badan dan para peneliti tidak menemukan efek spesifik puasa terhadap peningkatan metabolisme atau kesehatan jantung.

"Hilangnya massa otot mungkin tidak akan langsung terlihat atau berbahaya bagi kebanyakan orang, tetapi menjaga jaringan tanpa lemak penting untuk fungsi dan kesehatan jangka panjang, terutama seiring bertambahnya usia," jelas Betts.

"Maka dari itu, tetap aktif dan mengonsumsi energi yang cukup, terutama protein, sangatlah penting untuk menjaga massa otot," tambah dia.

Baca juga: Diet Intermiten Gagal, Cari Tahu Sebabnya

Puasa yang tidak sesuai

Para peneliti mencatat bahwa rencana penurunan berat badan dengan melakukan puasa intermiten ini tidaklah sesuai.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan puasa intermiten dapat berhasil karena orang-orang tidak makan berlebihan di hari mereka tidak sedang berpuasa.

Sehingga, mereka tidak perlu menebus kekurangan kalori dari hari-hari puasa mereka dan kembali menurunkan berat badan.

Kebanyakan orang tidak akan makan 50 persen lebih banyak dari biasanya dan para peserta penelitian masih kehilangan berat badan bahkan ketika mereka diinstruksikan untuk mengonsumsi kalori ekstra.

"Penelitian sebelumnya juga menunjukkan diet tradisional dan puasa intermiten tetap dapat menghasilkan penurunan berat badan yang serupa, mengalami perubahan komposisi tubuh, dan mendapatkan manfaat metabolisme," jelas Varady.

Baca juga: Diet Rendah Lemak Turunkan Kadar Testosteron pada Pria, Benarkah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com