Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari 5 Hal Ini Agar Anak Jadi Pribadi yang Bertanggung Jawab

Kompas.com - 11/07/2021, 13:14 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Moms

KOMPAS.com – Orangtua selalu memiliki keinginan untuk melindungi dan membuat anak mereka hidup bahagia.

Untuk mencapai keinginan itu, terkadang orangtua melakukan segala hal demi anak, mulai dari melindungi anak dari kesulitan, menyerah terhadap permintaan anak, hingga membersihkan segala kekacauan yang dibuatnya.

Padahal, sikap terlalu melindungi dan memanjakan akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki rasa bertanggung jawab.

Anak yang memahami sikap bertanggung jawab akan bisa membedakan mana tindakan yang baik dan kurang baik.

Sikap tanggung jawab harus diajarkan sedini mungkin, di mulai dari hal-hal sederhana. Misalnya membereskan mainan setelah dipakai atau meletakkan pakain kotor di tempatnya. Seiring usia, tambah skala tanggung jawabnya, misalnya dengan belajar memelihara hewan di rumah.

Baca juga: 7 Tips Menangani Kemarahan Anak dengan Baik

Berikut daftar lima hal yang harus dihindari orangtua agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, seperti dilansir dari Moms.

1. Menyalahkan orang lain

Tidak jarang kita mendengar anak mengatakan kalimat menyalahkan, seperti “Mereka mulai duluan!” atau “Adik membuatku melakukannya!”

Biasanya, anak mengatakan kalimat seperti ini untuk melempar kesalahan pada orang lain dan lari dari tanggung jawabnya.

Sayangnya, semakin sering anak melakukan ini, semakin sering mereka melakukan “playing victim” dan menolak untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Untuk mengatasinya, lebih baik ajarkan anak kita cara menggunakan “I Statements” atau gaya berkomunikasi yang memfokuskan pada perasaan atau kepercayaan. 

Baca juga: Jadikan Anak sebagai Teman, Pola Asuh Idealkah?

Ada tiga hal yang penting dalam konsep I Statement, yaitu "aku merasa (nama emosi)....",  "ketika (kejadian) ....", "karena (apa yang dirasakan) ...." 

Ilustrasi anak Jepang Ilustrasi anak Jepang

Pekerja sosial klinis berlisensi Amanda J. Zaidman dari Constructive Parenting, berpendapat bahwa "I Statements" dapat menolong anak menempatkan respons mereka dalam suatu konteks situasi dan menolong mereka untuk melihat peran mereka dalam suatu peristiwa.

“I statement” juga bisa berperan penting saat seorang anak merasa marah atau kecewa akan suatu hal yang mana mereka berpean di dalamnya.

Jadi, alih-alih playing victim, "I Statements" dapat membuat anak menghindari perilaku menyalahkan orang lain dan belajar bertanggung jawab.

Baca juga: Ingin Masa Depan Anak Sukses? Ini Rahasianya

2. Melindungi anak dari konsekuensi alami

Sebagai orangtua, tentu kita ingin melindungi anak dan membuat mereka hidup senyaman mungkin saat tumbuh dewasa. Karena itu, terkadang orangtua melakukan berbagai hal untuk menolong anak menghindari pengalaman tidak menyenangkan dan konsekuensi alami dari perilakunya.

Namun, anak sebenarnya perlu menerima konsekuensi alami atas keputusan buruk yang dilakukannya. Sebab, anak akan belajar apa yang akan menimpanya jika melakukan sesuatu yang salah.

Faktanya, American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa konsekuensi logis dan sederhana dapat menolong anak mempelajari bagaimana mengatur perilaku mereka dan membuat keputusan sendiri.

Anak juga akan belajar bertanggung jawab atas konsekuensi alami ini lebih baik jika kita tidak berusaha untuk melindunginya.

Baca juga: 5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Mandiri

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Misalnya, tidak memaksa ketika anak ngotot keluar tanpa jaket saat udara dingin. Mereka akan belajar menerima konsekuensinya, kedinginan, karena tidak mendengarkan nasihat Anda.

Seiring berjalannya waktu, momen ini akan membuat anak beradaptasi dan membuat pilihan hidup yang lebih cerdas.

3. Mudah menyerah

Sama seperti saat kita membantu anak untuk menghindari konsekuensi alami, orangtua kerap menyerah terhadap permintaan anak karena ingin anak tetap senang.

Hal ini mungkin dilakukan karena kita tidak menyadari adanya bahaya langsung dari membelikan anak makanan atau mainan setiap pergi ke sebuah toko.

Kita juga ingin menghindari potensi amukan yang bisa dilakukan anak saat permintaannya tidak dipenuhi.

Baca juga: Menghadapi Anak yang Jadi Manja Selama Diam di Rumah

Namun, saat kita terlalu sering memenuhi keinginan anak, tanpa sadar kita membuat suatu dunia yang tidak realistis baginya.

Anak mulai mengira bahwa semua orang akan melayani mereka apa pun yang terjadi. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah serius saat mereka tumbuh dewasa.

Namun, jika kita tidak mudah menyerah pada setiap permintaan anak dan mulai mengajarkan cara untuk memperoleh sesuatu, artinya kita telah mengajari mereka nilai dari etos kerja dan tekad.

Etos kerja dan tekad dapat membantu anak bagaima cara bertanggung jawab dan melihat peran mereka dalam berbagai situasi.

Baca juga: Trik Menghilangkan Kejenuhan Anak Belajar Online

4. Menghindari emosi negatif

Banyak orangtua mencoba tidak menunjukkan tangis, rasa ketakutan, atau berusaha tidak berbicara dengan nada tinggi di depan anak mereka dengan tujuan melindungi.

Orangtua selalu beranggapan bahwa bahwa anak hanya perlu melihat kebahagiaan dan emosi positif agar tidak merasakan sakit, sedih, ketakutan, atau ketidaknyamanan.

Namun, emosi negatif sama normalnya dengan emosi positif. Anak perlu melihat kita menangis atau marah, sama seperti melihat kita tertawa dan tersenyum agar belajar kalau emosi merupakan respons alami dari suatu peristiwa.

Menghadapi emosi negatif juga membantu anak belajar mengidentifikasi dan mengatur perasaan mereka, yang merupakan komponen penting untuk menerima tanggung jawab.

Baca juga: 5 Sikap Disiplin yang Harus Diterapkan Orangtua pada Anak

5. Membereskan kekacauan yang dibuat anak

Terkadang, kita merasa akan lebih mudah untuk melakukan semua hal bagi anak kita, termasuk membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Sayangnya, hal ini salah. Sebab, ini sama saja dengan mengajari anak bahwa seseorang akan melakukan semua hal untuknya dan mereka tidak perlu bertanggung jawab atas perilakunya.

Alih-alih membereskan kekacauan anak, orangtua sebaiknya mengajarkan anak untuk membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Bahkan, tim dari Aha! Parenting menyebut bahwa mempelajari cara bersih-bersih sejak udia dini akan menolong anak lebih bertanggung jawab dan mandiri saat dewasa.

Mungkin, Anda perlu menolong mereka pada awalnya. Namun perlu diingat, kita harus menekankan pada anak bahwa semua orang membereskan kekacauan yang dibuatnya.

Baca juga: Kesalahan Atur Perabotan yang Membuat Kita Sulit Membersihkan Rumah

Setiap orangtua, bahkan orangtua yang sangat penuh kasih sayang, bisa dan harus mengajari anak bagaimana cara bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat.

Sayangnya, banyak orangtua yang merasa bersalah saat melakukannya. Namun dengan menghindari lima perilaku di atas, kita bisa membuat anak tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com