Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurunkan Berat Badan Bisa Kurangi Risiko Covid-19, Menurut Studi

Kompas.com - 04/01/2022, 17:18 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Obesitas atau kelebihan berat badan adalah kondisi yang terjadi akibat penumpukan lemak di tubuh yang memerlukan perhatian khusus.

Jika berat badan tidak dijaga, obesitas berdampak pada kesehatan kita dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, hingga penyakit jantung.

Kini, ada satu lagi alasan kuat yang mengharuskan kita menjaga berat badan.

Menurut para ahli, individu dengan obesitas lebih rentan mengalami penyakit lebih parah atau kematian akibat Covid-19.

Satu studi terbaru menunjukkan, penurunan berat badan dapat mengurangi risiko tersebut.

Studi ini mengungkapkan sekitar 30 persen dari pasien rawat inap Covid-19 memiliki masalah obesitas.

Mengutip laman CNN, klinik obesitas tempat Dr Fatima Cody Stanford berpraktik di Boston, AS memiliki daftar tunggu lebih dari 1.000 pasien saat ini.

Jumlah itu meningkat pesat selama pandemi, dan Cody Stanford mengaku sangat kewalahan dengan hal tersebut.

"Kami kewalahan dengan jumlah pasien yang memiliki hubungan antara obesitas dan Covid-19 dan kebutuhan mereka untuk mendapatkan perawatan yang tepat," ucap asisten profesor di Harvard Medical School itu.

Baca juga: Jangan Terlambat, Waspadai 11 Tanda Obesitas Berikut

Hubungan antara obesitas dan peningkatan risiko Covid-19

Satu studi yang dilakukan pada Agustus tahun lalu menemukan, individu dengan obesitas memiliki risiko 46 persen lebih tinggi untuk terkena Covid-19.

Mereka yang mengalami obesitas lebih berisiko mengalami keparahan penyakit akibat Covid-19 dan berpotensi lebih tinggi (113 persen) untuk dirawat di rumah sakit.

Juga, pasien obesitas yang terinfeksi Covid-19 berisiko 74 persen lebih tinggi untuk dirawat di unit gawat darurat (UGD). Risiko kematian juga meningkat 48 persen.

"Risiko ini naik dan naik dengan setiap peningkatan dalam indeks massa tubuh (BMI)," kata co-author studi Barry Popkin, profesor di Department of Nutrition di University of North Carolina Gillings School of Global Public Health.

Banyak studi lain yang menunjukkan hasil serupa.

Studi yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkap, pasien dengan risiko keparahan terendah karena Covid-19 memiliki indeks massa tubuh yang berada di antara berat badan sehat dan obesitas.

Studi lain yang meninjau catatan lebih dari 6,9 juta orang di Inggris menunjukkan adanya peningkatan risiko Covid-19 yang parah pada individu dengan BMI yang dianggap sehat untuk dirawat di rumah sakit dan meninggal dunia.

Risiko ini semakin meningkat apabila individu memiliki indeks massa tubuh yang tinggi alias obesitas.

Baca juga: Bagaimana Obesitas Jadi Pemicu Diabetes, Ini Penjelasannya...

Turunkan berat badan mampu kurangi risiko Covid-19?

Dengan hasil studi terbaru ini, kita pun menduga jika menurunkan berat badan dapat mencegah kita terinfeksi Covid-19.

Namun menurut ahli jantung David Kass di Johns Hopkins Medicine, sangat sulit untuk menentukan hal itu melalui uji coba terkontrol secara acak.

Hanya saja, ia mengatakan penurunan berat badan dapat membantu untuk penyakit lain.

"Dalam uji coba terkontrol dengan individu yang mengalami obesitas dan gagal jantung, jika mereka mengurangi berat badan atau menjalani program olahraga atau kombinasi, ada bukti penurunan berat badan merupakan hal yang baik dilakukan," tutur Kass.

Sebuah studi besar yang dimuat dalam JAMA Surgery menunjukkan, penurunan berat badan yang substansial membuat perbedaan besar.

Studi yang didanai oleh Medtronic --penyedia perangkat untuk operasi penurunan berat badan-- meninjau catatan dari 20.212 orang selama lebih dari enam tahun.

Hasil dari tes Covid-19 menunjukkan angka yang saling mendekati antara kelompok yang menjalani operasi penurunan berat badan dengan kelompok kontrol, yakni 9,1 persen dan 8,7 persen.

Pasien dalam kelompok yang menjalani operasi penurunan berat badan dikaitkan dengan risiko lebih rendah untuk rawat inap, kebutuhan oksigen tambahan, dan gejala parah dari Covid-19.

Kelompok pasien ini juga memiliki insiden kumulatif 10 tahun lebih rendah (53 persen) dari semua penyebab kematian yang tidak terkait Covid-19 dibandingkan kelompok kontrol.

"Temuan ini menunjukkan obesitas dapat menjadi faktor risiko yang dapat diubah untuk tingkat keparahan infeksi Covid-19," demikian bunyi keterangan studi tersebut.

Dr Steven Nissen, ahli jantung di Cleveland Clinic yang ikut menulis studi ini menggarisbawahi bahwa penurunan berat badan adalah faktor utama untuk mengurangi risiko keparahan akibat Covid-19, bukan operasi.

Walau memang, operasi dinilai sebagai cara yang efektif untuk menurunkan berat badan.

"Sejauh yang kami tahu, jika kita menurunkan berat badan, maka risiko Covid-19 yang serius serta morbiditas dan mortalitas Covid-19 menurun jauh," kata Nissen.

Baca juga: Masalah yang Timbul akibat Obesitas

Mengapa obesitas dapat memperparah Covid-19?

Ada berbagai alasan biologis yang membuat obesitas dapat memperparah Covid-19.

"Sel lemak adalah sel hidup, dan segera setelah kita mulai menumpuk sel lemak, itu berdampak negatif pada sistem kekebalan kita," sebut Popkin.

Sel-sel lemak akan memicu peradangan kronis. Pada individu dengan obesitas, darah rentan untuk menggumpal dan massa besar jaringan di bawah diafragma menyebabkan jantung bekerja lebih keras.

Kemudian, lemak di perut dan organ hati mengeluarkan senyawa sitokin yang menyebabkan kerusakan jaringan dan masalah pembuluh darah. Kondisi ini meningkatkan keparahan dari Covid-19.

Mereka yang mengalami obesitas juga lebih sulit untuk bernapas dibandingkan individu dengan berat badan normal.

Penderita obesitas dapat membawa kelebihan berat pada bagian dada yang menekan paru-paru, sehingga paru-paru tidak terisi penuh oleh udara.

"Kondisi ini sama seperti ketika kita berbaring dan bernapas, sementara saya duduk di atas dada Anda yang mencoba bernapas. Jauh lebih sulit menarik napas ketika paru-paru kita ditekan."

Hal itu dijelaskan Dr Rekha Kumar, spesialis pengobatan obesitas, profesor kedokteran klinis, dan ahli endokrinologi di Weill Cornell Medical College.

"Jika kita memiliki sistem pernapasan yang terganggu dan ini adalah penyakit pernapasan, maka ini kerugian bagi kita."

Baca juga: Alasan Orang Obesitas Berisiko Alami Gejala Parah Covid-19

Obesitas harus diatasi

Para ahli memaparkan, masalah yang disebabkan oleh obesitas selama pandemi dianggap remeh oleh banyak orang.

"Tidak ada negara di dunia yang memiliki kurang dari 20 persen orang dewasa dengan obesitas," kata Popkin.

Satu laporan pada Maret 2020 mengungkap, tingkat kematian akibat Covid-19 meningkat 10 kali lipat di negara-negara yang mayoritas orang dewasanya kelebihan berat badan.

CDC melaporkan, lebih dari 42 persen populasi orang dewasa di AS mengalami obesitas. Fakta ini menempatkan AS sebagai salah satu negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia.

"Saya merasa orang tidak melihat obesitas sebagai penyakit. Mereka menganggap obesitas sebagai pilihan gaya hidup," terang Cody Stanford.

"Banyak orang berpikir mereka yang obesitas hanya perlu makan lebih sedikit dan berolahraga lebih banyak, tetapi jika cara itu berhasil, kita tidak akan memiliki prevalensi obesitas seperti sekarang."

Cody Stanford biasa menganjurkan pasiennya untuk tidak berfokus menurunkan beberapa kilogram berat badan, namun lebih memerhatikan lingkar pinggang.

Dia menganjurkan wanita untuk memiliki lingkar pinggang kurang dari 89 sentimeter, sedangkan pria kurang dari 101 sentimeter.

Obesitas adalah kondisi di mana lemak perut menumpuk di sekitar organ vital.

Organ hati memanfaatkan lemak tersebut dan diubah menjadi kolesterol yang masuk ke dalam pembuluh arteri, sehingga arteri mengeras dan menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Lapisan lemak perut juga membuat tubuh resisten terhadap insulin dan mengalami peradangan kronis.

"Apabila ditambah radang akibat Covid-19, ini bisa meningkatkan risiko penyakit yang parah," sebut Kumar.

Solusinya kita perlu mendistribusikan berat badan agar tidak hanya berada di sekitar perut.

"Pasien kemungkinan akan memiliki lebih sedikit komplikasi dari Covid-19 dan risiko kematian berkurang," kata Cody Stanford.

Dalam studi lain, Popkin melihat peserta yang kelebihan berat badan namun mampu mengurangi sekitar 2,2 kilogram dapat melihat perubahan pada penyakit diabetes dan hipertensi mereka.

"Setiap penurunan berat badan adalah hal yan positif di hampir semua tingkatan berat badan," katanya.

"Sedikit penambahan berat badan dapat berdampak pada kesehatan kita."

Baca juga: Hati-hati, Peradangan akibat Obesitas Tingkatkan Risiko Penyakit ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com