Heinberg mengatakan, ada berbagai pilihan pengobatan untuk obesitas.
Perubahan gaya hidup dengan mengganti pola makan dan tingkat aktivitas fisik, serta penanganan medis juga bisa menjadi intervensi yang tepat untuk mengatasi obesitas.
"Beberapa obat resep sekarang tersedia untuk membantu menurunkan berat badan dan diet yang diawasi secara medis dapat membantu," kata Heinberg.
"Prosedur bedah endoskopi dan bariatrik dikaitkan dengan jumlah penurunan berat badan terbesar, tetapi hanya diterapkan untuk individu dengan obesitas yang lebih parah atau masalah kesehatan yang signifikan."
Baca juga: Jangan Terlambat, Waspadai 11 Tanda Obesitas Berikut
Heinberg mengatakan, ada lebih dari 220 kondisi yang dikaitkan dengan obesitas, termasuk:
Mengalami obesitas meningkatkan risiko kita terkena diabetes tipe 2. Obesitas juga menyebabkan diabetes berkembang lebih cepat.
Ketika lemak tubuh meningkat, hal itu dapat meningkatkan risiko gagal jantung, penyakit arteri koroner, fibrilasi atrium (gangguan irama jantung), atau bahkan kematian jantung mendadak.
Penyakit hati berlemak nonalkohol dan steatohepatitis nonalkohol (kelebihan lemak di organ hati) dikaitkan dengan obesitas.
Obesitas yang dikombinasikan dengan gula darah tinggi, resistensi insulin dan kadar trigliserida yang tinggi dapat membuat lemak menumpuk di organ hati.
Baca juga: Bagaimana Obesitas Jadi Pemicu Diabetes, Ini Penjelasannya...
Penumpukan ini dapat menyebabkan peradangan atau jaringan parut di organ hati tersebut.
Kelebihan berat badan dapat membuat kita kesulitan bernapas saat tidur atau sering disebut sleep apnea.
Timbunan lemak di leher dapat menghalangi jalan napas bagian atas.
Lalu, kelebihan lemak di sekitar bagian tengah tubuh akan mempersulit paru-paru untuk bekerja dengan baik.
Risiko sleep apnea cenderung meningkat saat indeks massa tubuh meningkat.
Seperti dilaporkan National Cancer Institute, ada bukti tingkat lemak tubuh yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker tertentu, termasuk endometrium, hati, ginjal, payudara, ovarium dan tiroid.