KOMPAS.com - Anak yang hidup di bawah bayang-bayang trauma akan sulit menghadapi rasa takut, termasuk mengatur emosi dan cara berpikir.
Trauma memang bisa dialami siapa pun -termasuk anak- dan dapat disebabkan oleh sejumlah peristiwa yang menimbulkan goncangan.
Seperti kematian, serangan binatang buas, kekerasan, kecelakaan atau tragedi, bahkan perilaku bullying.
Meski lumrah terjadi, trauma pada anak sebaiknya segera diatasi oleh orangtua supaya hal ini tidak berlanjut.
Tapi, bagaimana caranya? Psikolog anak asal Cleveland Clinic, Kate Eshleman, PsyD, punya sejumlah panduan yang dapat diikuti sepertiu berikut ini.
Duduk bersama anak dan membicarakan peristiwa yang membuatnya trauma bisa terasa tidak mudah ketika pertama kali dilakukan.
Maka dari itu, orangtua disarankan untuk mempersiapkan diri sebelum memulai obrolan.
"Penting untuk memberikan kesempatan berbicara kepada anak tentang tragedi," saran Eshleman.
"Tetapi jangan memaksa anak untuk membicarakannya sampai anak siap," sambungnya.
Dalam hal ini, orangtua sebaiknya juga mencatat ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anak akibat peristiwa traumatis, seperti:
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.