KOMPAS.com - Pengidap diabetes sebaiknya memperhatikan beberapa faktor berikut ini sebelum tato dipatrikan ke kulit mereka.
Pasalnya, tato dapat mendatangkan risiko bagi pengidap diabetes menurut penjelasan dokter spesialis endokrin, Shirisha Avadhanula, MD.
Dokter asal Cleveland Clinic tersebut menjelaskan bahwa kulit sebenarnya berfungsi untuk menghalangi tubuh dari infeksi.
Tapi, fungsi kulit sebagai penghalang dapat ditembus jika orang membuat tato -khususnya mereka yang didiagnosis mengidap diabetes.
"Tato mempengaruhi dermis atau lapisan kulit kedua karena sel-sel dermis lebih stabil daripada lapisan pertama atau epidermis," terang Avadhanula.
Baca juga: 5 Tips Menerapkan Hidup Sehat bagi Pasien Diabetes
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya mengapa pengidap diabetes sebaiknya berhati-hati sebelum memiliki tato.
Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari tiga risiko berikut ini yang membayangi penderita diabetes apabila mereka memiliki tato.
Pertama, proses pembuatan tato yang dilakukan ketika gula darah tidak terkontrol dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh pengidap diabetes.
Risiko kedua bagi penderita diabetes tipe 1 dan 2 adalah risiko mereka mengalami infeksi menjadi meningkat.
Kemudian, risiko ketiga yang berpotensi dirasakan pengidap diabetes adalah hepatitis menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS.
Hepatitis adalah peradangan hati padahal organ ini berfungsi untuk memproses nutrisi, menyaring darah, dan melawan infeksi.
Ketika hati mengalami peradangan atau kerusakan, maka fungsinya dapat terpengaruh.
Baca juga: 5 Ciri-ciri Diabetes yang Sering Diabaikan Pengidapnya
Berkaca dari risiko-risiko yang sudah disebutkan, penderita diabetes perlu untuk mempertimbangkannya matang-matang.
Kalau pun mereka sudah mencermati risikonya tapi masih ingin memiliki tato, pertimbangkan empat faktor berikut ini.
Bicaralah dengan dokter terlebih dahulu. Dokter dapat membantu pengidap diabetes mengidentifikasi seberapa besar risiko jika mereka memiliki tato.