Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Indonesia Krisis Konselor Laktasi dan Literasi Gizi

Kompas.com - 29/05/2023, 12:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Atau seandainya pun PMT dibuat sendiri, selain bubur kacang hijau yang santannya telah diganti susu kental manis (karena santan dituding meningkatkan kolesterol), ada puding agar warna warni super manis, atau jus buah yang berisiko membuat bayi justru diare.

Belakangan kader merasa lega tanpa beban harus mengolah PMT saat instruksi membagi susu dimulai.

Bahkan, aneka kotak susu itu dianggap menjadi daya tarik bagi para ibu datang ke posyandu. Semakin mahal susunya, posyandu semakin mahal dan banjir pujian untuk kucuran PMT nan royal.

Baca juga: Pangan Asli yang Terinvasi

Ketiga. Tidak adanya kurikulum ilmu gizi yang up to date bagi para nakes, apalagi pemahaman tentang manajemen laktasi membuat semua hal di atas kian kisruh.

Padahal, dari level pejabat hingga kader menggantungkan kepercayaan mereka terhadap pengetahuan dan kompetensi nakes.

Sebutlah dokter yang baru lulus: Apakah mereka mampu mengajar perlekatan yang benar bagi seorang ibu saat belajar menyusui pertama kalinya? Tidak. Mendengar istilah perlekatan saja seperti istilah aneh dari bulan.

Puting ibu lecet saat menyusui dianggap lidah bayi yang kasar sebagai biang keladi. Padahal, sama sekali salah.

Ketika ibu tidak sanggup menahan perih karena puting lecet, dengan mudahnya dokter muda menganjurkan susu formula sebagai pengganti.

Para lulusan nakes kita tidak siap dengan fakta lapangan. Mereka terbiasa lompat ke solusi. Sejauh yang mereka pahami teknologi semakin membuat komposisi formula ‘mendekati ASI’.

Baca juga: Mengapa ASI Penting Untuk Mencegah Stunting?

Mereka tidak mau tahu, bahwa kelengkapan dan kesempurnaan ASI yang komposisinya bisa berubah setiap hari sesuai kebutuhan bayi, tidak mungkin bisa disetarakan dengan susu pengganti apa pun.

Dan di luar sana, sudah ada kelompok sentimen yang apabila membaca paragraf ini dianggap saya melakukan pemaksaan menyusui anak. Melanggar kebebasan memilih seorang ibu.

Bahkan, lebih parah lagi: muncul tuduhan yang kian menyudutkan ASI dan proses menyusui. Miskin zat besi dengan risiko anemia, miskin kalori, miskin nutrisi saat ibu makan amburadul dan masih banyak lagi.

Padahal ilmunya sudah jelas: itu sebabnya di usia 6 bulan bayi perlu mendapat makanan pendamping (bukan pengganti) ASI, untuk mengejar kebutuhan zat besi untuk tumbuh.

Anak di atas 1 tahun, yang susah makan dan hanya mau menyusu pada ibunya, jelas kekurangan energi dan sulit tumbuh.

Begitu pula ibu yang asupan gizinya amburadul, kelelahan, mengadalkan asi perah buat anak yang ditinggal bekerja hingga berakhir ASI seret dan berat badan anak ikut terdampak.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com