Menurut penelitian Morgan Stanley dalam Korea Times, pengeluaran masyarakat Korea Selatan untuk barang-barang mewah meningkat sebesar 24 persen pada tahun 2022 ($16,8 miliar).
Angka ini menjadikannya sebagai negara dengan pembeli barang-barang mewah terbesar. Bahkan, setiap orang mampu mengeluarkan rata-rata 325 dolar hanya untuk membeli barang-barang tersebut.
Tak jarang, masyarakat negeri ginseng tersebut rela mengantre hingga menginap (open run) di depan toko-toko mewah saat mereka mengeluarkan barang edisi terbaru atau terbatas. Lebih parahnya lagi, beberapa dari mereka juga rela kekurangan gizi dengan hanya mengonsumsi makanan instan dari minimarket.
Faktor yang melatarbelakanginya pun beragam. Namun, ada tiga faktor utama yang menyebabkan fenomena ini. Pertama, barang mewah sering dikaitkan dengan status sosial masyarakat Korea. Bagi mereka, barang mewah dapat merepresentasikan kekayaan dan kesuksesan.
Baca juga: Bagaimana Memaksimalkan Potensi Gen Z?
Kedua, masyarakat Korea memiliki kecintaan yang tinggi terhadap dunia fesyen. Ditambah lagi, ada pengaruh besar dari idol K-Pop. Terakhir, yaitu FOMO atau takut tertinggal hingga merasa tertekan jika mereka tak mengenakan barang mewah tersebut.
Lantas, bagaimana pendapat Kukuh dan Dwik terkait fenomena pembelian barang mewah demi memenuhi tuntutan gaya hidup?
Dengarkan perbincangan lengkapnya hanya melalui siniar Balada +62 episode “EMANG HARUS PAKE M*CBO*K DAN IP**NE BIAR KEREN?!” di YouTube, TipTip, dan Noice.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.