Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Kanker, Penyakit Angker yang Masih Bikin Keder

Kompas.com - 31/03/2024, 10:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kenapa mutasi gen? Hingga kini ilmuwan masih berkutat soal tertuduh bernama virus dan kemungkinan radiasi sebagai faktor penyela, yang lebih mudah dibuktikan saat sel membelah diri dan transkrip DNA terjadi.

Namun studi tentang gaya hidup dan pola makan, sudah mulai memberi banyak titik terang.

Yang paling sering disebut tentunya merokok termasuk penggunaan vape, konsumsi alkohol, makanan berpengawet – sekali pun diolah secara ‘tradisional’ seperti telur asin, ikan asin, daging asap dan masih banyak lagi daging olahan.

Belakangan ini obesitas juga mendapat sorotan tajam. Obesitas bukan hanya berkaitan dengan jumlah pangan berlebihan, tapi juga kualitas konsumsinya.

Gaya hidup dan pola makan berkaitan dengan risiko terjadinya kanker, baik langsung maupun tidak langsung.

Melalui perjalanan panjang yang cukup lama, membuat manusia terbuai dan mudah menyangkal – bahkan masih banyak tenaga kesehatan kita yang ikut menyangkal.

Akibatnya, kanker di negara yang masih ‘memperbolehkan’ apa saja buat dimakan dan dijadikan gaya hidup, menjadi sulit dikendalikan. Anehnya, aneka jajanan dan gorengan jadi musuh jika sudah sakit.

Belum lagi, jika angka kesakitan dan kematiannya makin meledak, bukan hanya jaminan kesehatan nasional tumbang, upaya pencegahannya juga kian menguras tenaga. Sebab ini, semua sudah di depan mata.

Baca juga: Program Makan di Sekolah, Apa Gizi Keluarga Sudah Dibenahi?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com