4. Stres kronis
Stres kronis dapat membunuh sel-sel otak dan mengecilkan korteks prefrontal, wilayah yang bertanggung jawab untuk memori dan pembelajaran.
Pemicu utama stres bagi orang dewasa yang lebih tua seringkali adalah ekspektasi tinggi dan tidak luwes untuk beradaptasi dengan situasi terkini.
Pola pikir tersebut dapat memicu reaksi negatif yang meningkatkan tingkat stres setiap kali segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan.
Jadi, cobalah bersikap lebih fleksibel dengan reaksi kita terhadap sekitar.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Stres akibat Media Sosial
Jika merasa akan marah, ambil napas dalam-dalam dan ingatlah bahwa apa yang kita inginkan bukan selalu yang terbaik. Terimalah bahwa pendekatan lain mungkin akan menjadikan segala sesuatunya lebih baik.
Tenangkan diri dengan mantra "saya baik-baik saja, saat ini". Menjinakkan ego dapat membantu mengurangi stres sebelum tak terkendali.
Mempelajari sesuatu yang baru akan membentuk konektivitas antara sel-sel otak kita dan membantu menjaganya agar tetap awet muda.
Sebaliknya, membiarkan diri terus melakukan hal yang sama setiap harinya selama bertahun-tahun berpotensi mengurangi fungsi kognitif otak dan menyebabkan penuaan dini.
Jadi, tidak hanya mempertahankan keteramilan yang kita miliki, penting untuk terus memperluas wawasan kita dengan mempelajari hal baru.
Baca juga: Kenali 7 Keuntungan Mendengarkan Musik Sambil Belajar
Kita bisa mulai dengan hal sederhana. Misalnya, jika sebelumnya kita belum pernah memainkan alat musik, maka cobalah berlatih alat musik paling sederhana.
Hal lainnya, jika kita belum bisa berkomunikasi dengan bahasa asing, maka cobalah mempelajari salah satunya.
Pelajarilah hal yang kita sukai atau membuat kita penasaran, sehingga lebih mungkin untuk membuatnya menjadi kebiasaan yang konsisten.
Makanan cepat saji saat ini semakin mudah didapatkan. Apalagi, dengan kesibukan yang padat dan kemudahan teknologi, memesan makanan melalui genggaman seringkali menjadi pilihan.
Sayangnya, jika dilakukan terlalu sering dalam jangka panjang, hal ini kurang baik untuk kesehatan otak.
Makanan cepat saji pada umumnya diproses secara berlebihan, serta tinggi kandungan lemak jenuh dan gula tambahan.
Sejumlah penelitian menemukan bahwa pola makan tinggi lemak jenuh dan gula, serta diproses secara berlebihan dapat meningkatkan risiko demensia, terutama jika dikonsumsi selama bertahun-tahun.
Baca juga: Ingin Umur Panjang? Jauhi Area yang Dikelilingi Restoran Cepat Saji
Makanan tinggi gula juga dapat meningkatkan risiko diabetes, yang jika tak terkontrol dapat memicu penyusutan otak.
Sebagai catatan, tidak ada yang salah dengan makan makanan cepat saji jika dikonsumsi sewajarnya dan sesekali.
Namun, sebiasa mungkin fokuslah pada pola makan bernutrisi seimbang dan lebih minim proses.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.