Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Tanda Kamu Memiliki Gaya Hidup Sedentary Alias Malas Gerak

Kompas.com - 29/06/2024, 12:22 WIB
Wisnubrata

Editor

“Tanpa gerakan dan olahraga, kita mengalami peningkatan sistem saraf simpatik,” jelas Steinbaum. “Overdrive simpatik menyebabkan peningkatan hormon stres dan penanda inflamasi, yang menyebabkan peningkatan penyakit kardiovaskular.”

Seiring bertambahnya usia, dibutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari gaya hidup yang tidak banyak bergerak. 

Meski begitu, Correlius mengatakan perlu sekitar delapan hingga 10 minggu latihan yang konsisten untuk membalikkan kondisi tersebut. “Meski hanya berjalan kaki 10 menit setiap dua hari sekali, kuncinya adalah memulai dan konsisten,” catat Correlius.

Sasaran kita adalah berolahraga dengan intensitas sedang hingga 30 menit, lima hari seminggu. Perlu sedikit dorongan untuk memulai? JAMA Cardiology mengungkapkan bahwa satu sesi saja sudah cukup untuk memberikan perlindungan dua hingga tiga jam terhadap kerusakan jantung.

Baca juga: Kerusakan Tulang Belakang hingga Maut, akibat Gaya Hidup Mager

6. Kualitas tidur menurun

Tidur itu berharga. Kurang tidur —tujuh hingga sembilan jam yang disarankan— dapat menyebabkan masalah metabolisme, melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko kematian dini, dan masih banyak lagi. Dan semakin lama kamu tidak aktif, semakin banyak waktu tidurmubermasalah.

Misalnya, menghabiskan lebih dari 11 jam sehari dalam mode santai dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur. Sebuah meta-analisis juga menemukan bahwa kebiasaan duduk berlebihan meningkatkan kemungkinan insomnia.

Yakinlah, kamu akan bisa tidur lebih nyenyak jika mengikuti pedoman aktivitas yang disarankan. Penelitian mengungkapkan mereka yang melakukan hal ini 95 persen lebih kecil kemungkinannya merasa mengantuk sepanjang hari.

Solusinya, membersihkan rumah, melakukan pekerjaan pekarangan, atau berkebun adalah aktivitas fisik yang dapat mengimbangi gaya hidup tidak banyak bergerak. Pertimbangkan gerakan yang lebih cepat untuk meningkatkan intensitas.

7. Penurunan kesehatan mental

Kesehatan mental juga bisa terpengaruh oleh kurangnya gerak. Jika kamu melihat adanya penurunan status mental, pertimbangkan untuk menambahkan lebih banyak olahraga atau gerakan ke dalam rutinitas harian.

“Penelitian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang lebih banyak duduk mengalami penurunan kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup,” kata Steinbaum, sambil mencatat bahwa orang-orang ini juga cenderung lebih depresi. 

Steinbaum menambahkan bahwa olahraga dikaitkan dengan pelepasan serotonin: "Hormon 'merasa baik' inilah yang membuat 'runner's high' -mendorong orang ingin selalu berolahraga."

Bagaimana cara meningkatkan kesehatan mental dan mengubah gaya hidup malas-malasan secara bersamaan? Menyadari kecenderungan yang kurang aktif dan memilih untuk aktif dapat membantu menempatkan pikiran dan suasana hati pada posisi yang lebih baik.

“Mindfulness dapat memperkuat kemampuan kita untuk melawan stres dan kecemasan,” kata Matt West dari Boom Journal. West sangat percaya bahwa bergerak dengan penuh kesadaran akan mengoptimalkan hubungan antara kebugaran dan kesehatan mental. 

Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan siswa yang penuh perhatian atau bergerak mengalami perubahan suasana hati dan penurunan stres. Ketika kebiasaan-kebiasaan tersebut dipadukan, dampaknya semakin baik.

Baca juga: Jangan Mager, Ini 6 Cara Sederhana Atasi Rasa Malas Olahraga

8. Muncul masalah memori 

Biasanya ketika kita tidak banyak bergerak, kita menduga efeknya hanya muncul secara fisik seperti kelemahan otot, masalah jantung, dan risiko penyakit seperti kanker secara keseluruhan. Tapi ternyata otak kita membutuhkan olahraga sama seperti tubuh kita.

Penelitian menunjukkan bahwa duduk berjam-jam menyebabkan berkurangnya ketebalan lobus temporal medial, area otak yang bertanggung jawab untuk memori. Perubahan otak ini mungkin menjelaskan mengapa Anda menjadi pelupa padahal sedang menganggur.

Olahraga aerobik —seperti berjalan, berlari, atau bersepeda— tidak hanya dapat meningkatkan area ini tetapi juga membantu mengatasi masalah kognitif yang berkaitan dengan usia seperti demensia.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com