KOMPAS.com - Shalat dhuha menjadi salah satu sumber amalan terbaik selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Namun masih banyak yang bingung mengenai kapan waktu terbaik untuk melaksanakannya.
Ibadah ini biasanya dikerjakan pada pagi hari, sesuai dengan makna kata dhuha yang diartikan sebagai waktu terbitnya matahari.
Baca juga: Simak, 8 Hal yang Dapat Membatalkan Puasa Ramadhan
Dikutip dari laman Laduni, dhuha berasal dari kata ad-Dhahwu yang berarti siang hari yang mulai panas.
Sedangkan dalam kajian fikih, dhuha berarti: Waktu ketika matahari mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari) (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27/221).
Akibat rentang waktunya yang tergolong panjang, banyak yang lantas bingung dengan kapan waktu terbaik untuk melaksanakan ibadah ini.
Selain itu, sistem waktu yang berbeda dengan zaman Nabi Muhammad SAW juga menjadi salah satu alasan kebingunan bagi banyak orang.
Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, waktu menjalankan shalat dhuha dapat diperkirakan sekitar pukul 07.00-11.00.
Namun untuk waktu terbaik, shalat ini sebaiknya dilakukan setelah melewati seperempat hari.
Baca juga: Gerakan Shalat Bisa Redakan Sakit Punggung
Asumsikan satu hari selama 12 jam terdiri dari pukul 05.00-17.00. Kemudian bagi empat waktu tersebut, maka shalat dhuha bisa dilakukan pada seperempat kedua.
Maka, waktu tersebut artinya jatuh pada pukul 09.00, yang menjadikannya ibadah kedua setelah shalat subuh.
Dengan pemilihan waktu ini, seluruh hari akan selalu terisi dengan ibadah shalat tanpa putus.
Contohnya ibadah subuh yang dilakukan sebagai pembuka hari, kemudian dilanjutkan dengan shalat dhuha, kemudian dzuhur, ashar, dan maghrib.
Jenis hukum shalat ini adalah sunah mu'akkadah yang artinya amat dianjurkan karena pahala dan berkahnya begitu besar. Namun, bagi yang meninggalkanya tidak akan mendapatkan dosa.
Shalat sunnah ini minimal dilaksanakan dalam dua rakaat, dengan anjuran empat rakaat dan sempurna dalam enam rakaat.
Namun, untuk yang paling utama ialah ukuran maksimal yakni delapan rakaat.
Disarankan untuk melaksanakannya dalam dua rakaat untuk satu kali salam, meskipun boleh melakukannya dalam empat rakaat sekaligus.
Sumber: Nahdlatul Ulama, Laduni
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.