Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Kampanye ‘woman support woman’ sering digencarkan oleh aktivis perempuan di media sosial. Usaha ini dilakukan agar perempuan bisa saling mendukung satu sama lain meskipun mereka memiliki tujuan yang berbeda.
Akan tetapi, ada pula perilaku perempuan yang justru tak mencerminkan kampanye ini. Faktanya, banyak perempuan yang enggan untuk mendukung satu sama lain. Bahkan, tak jarang malah saling mencemooh.
Mereka juga saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik sampai lupa cara menghargai perempuan lainnya. Dalam siniar Semua Bisa Cantik bertajuk “Marshanda, Cantik itu Mengasihi”, disebutkan bahwa Marshanda, aktris ternama, pernah berkata dalam unggahan Instagramnya,
“Cantik itu adalah bagaimana kita mengasihi, menerima, mendukung, memaafkan, mencintai, dan memahami diri sendiri serta orang-orang terdekat kita. Make your loved ones proud of you because of your love to them, not because of your looks.”
Bahkan, Marshanda juga dulu pernah menerima perilaku tidak menyenangkan dari sesama perempuan.
Melansir beberapa sumber, ternyata ada beberapa alasan mengapa perempuan sering kali bersikap keras pada perempuan lainnya.
Alasan utama perempuan enggan mendukung sesamanya adalah sifat iri. Ketika ada yang lebih sukses dan cantik sementara kita belum berhasil melakukan sesuatu, otomatis akan memicu perasaan iri.
Bahkan, terkadang ada juga yang menyampaikan ucapan selamat. Akan tetapi, setelah itu, mereka membicarakan keburukannya di belakang.
Baca juga: Puasa Skincare dan Manfaatnya untuk Kulit
Sifat buruk ini tentu harus bisa dihilangkan karena dunia tak terus berputar pada kita. Pahami juga bahwa setiap orang mempunyai kesempatannya masing-masing untuk sukses.
Alih-alih iri dan membicarakannya di belakang, kita bisa meminta saran dan kiat-kiat agar bisa sukses sepertinya.
Selain ingin memiliki pencapaian yang serupa, seorang perempuan ingin merasa spesial atau biasa dikenal sebagai pick me girl.
Saat ada perempuan lain yang melakukan hal-hal mainstream, kita justru mengomentarinya dengan nada negatif. Bahkan, ada perasaan lebih unggul karena selera kita unik dan tak biasa.
Padahal, setiap orang memiliki selera masing-masing dan kita tak boleh menghakiminya. Menyukai hal-hal yang mainstream bukan suatu kesalahan, begitu pula sebaliknya.
Melansir The Atlantic, perempuan yang mengalami sindrom ini lebih senang bersikap maskulin sehingga ia akan membuat diri mereka lebih kuat dibandingkan perempuan lainnya.