Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Paham Etika Budaya Saat Membuat Foto "Prewedding"

Kompas.com - 19/06/2018, 17:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Contoh lain, misal potret di Borobudur ada biksu lagi sembahyang tapi model preweddingnya di atas, jangan. Saya pernah lihat foto seperti itu.

Walaupun kelihatan secara komposisi fotografi menarik tapi secara etika tidak bagus. Ada pakemnya walaupun tidak bisa dipelajari dalam buku tapi kita seharusnya bisa belajar memahami situasi itu karena kita di Indonesia, beda dengan kita di luar (negeri).”

Baca juga: Lokasi Eksotis Jadi Primadona, Foto Prewedding hingga ke Pelosok

Sekarang banyak pengantin berhijab, bagaimana seharusnya foto prewedding wanita berhijab yang layak?

“Apalagi kalau bicara hijab, ya. Karena berhijab, banyak hal yang harus kita ikuti aturan formalnya. Pelukan enggak mungkin boleh. Bersatu dalam chemistry kan belum tentu harus pelukan. Berdekatan dengan ekspresi yang natural saja itu juga bagus.

Ada sebuah aturan yang tidak terlihat dalam kita menyampaikan visual prewedding. Kita harus melihat tata krama atau aturan, jelas kaitannya dengan hijab. Sebelum menikah kan enggak boleh terlalu akrab secara fisik. Fotonya tidak harus berjauhan. Tapi tidak dekat secara fisik kan belum tentu dia tidak akrab secara chemistry.”

Bagaimana kita bisa memilih fotografer yang tepat dan bisa menerapkan nilai-nilai tadi?

“Prewedding adalah penyatuan chemistry. Jangan sampai foto prewedding hanya bisa digunakan pada saat kawinan saja. Kan bisa dipajang. Ya kalau orang yang kebanyakan duit enggak masalah foto dibuang karena rumah dia juga enggak bakal memajang itu.

Tapi kalau pasangan-pasangan yang sederhana mau enggak mau dia harus memikirkan foto itu agar bisa dipajang. Artinya, foto dia juga harus long lasting. Di situ harus kita pikirkan agar foto wedding bisa merepresentasikan mereka sampai kapanpun dan kalau dilihat akan selalu bagus.”

Jadi, apa saja kategori long lasting itu sendiri?

“Pertama, jelas mencoba untuk membuat komposisi couple yang bagus. Contoh, yang sering saya lihat ada foto laki-lakinya jongkok, ngasih kembang lalu perempuannya melirik ke atas. Kira-kira cocok enggak kalau nanti dipajang? Enggak, kan.

Masa laki-laki merengek ke perempuan, kan secara filosofis enggak bagus. Atau calon suaminya pakai perban, mungkin konsepnya perang. Terus ceweknya pakai kostum suster lag gendong (calon suaminya) yang seolah habis ditembak. Di belakangnya ada bedil-bedilan, pistol.

Saya pikir, saat dipajang setelah perkawinan kira-kira foto itu akan ada maknanya, enggak? Nanti kalau anaknya tanya, itu di mana. Akhirnya dia akan cerita yang enggak jelas dan ngarang. Lain jika foto berdua dengan memperlihatkan chemistry yang begitu kuat.

Berarti penting juga ya untuk memilih latar lokasi foto yang sesuai dengan keseharian?

“Jelas. Saya bukan fotografer prewedding, tapi kadang saya juga diminta. Saya selalu menyarankan agar membuat foto yang long lasting. Karena enggak mungkin foto itu dibuang setelah dipajang.”

Selain komposisi dan hal-hal tadi, apa lagi hal penting lainnya?

“Jelas komposisi penting dalam fotografi selain teknis mendasar. Berikutnya ada hal-hal yang sebetulnya kita bisa bilang bagus kalau foto tidak mempunyai suatu kesamaan atau mengikut. Contoh sederhana, ada sebuah foto di Gunung Bromo degan posisi yang sama, (hasilnya) bagus.

Orang berburu (angle) seperti itu. Yang terjadi, fotonya hampir sama semua. Misal di Bali ada air terjun, orang bikin (foto) di sana semua. Semua sama hasil fotonya meskipun bajunya berbeda. Itu yang enggak boleh dilakukan.

Karena seorang fotografer harus punya satu independensi dan sesuatu yang berbeda. Kalau kita hanya ikut yang bagus saja, jelas kita tidak bisa menjadi yang terbaik.”

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com