Artinya, minyak ini dapat dengan mudah membakar makanan kita.
Menurut Andrea Canada, Kepala Ahli Diet di Square Fare, minyak sawit umumnya digunakan sehari-hari sebagai pengganti lemak trans yang lebih tidak sehat.
Memang, minyak ini mengandung trigliserida rantai menengah (MCT) layaknya minyak lainnya. Namun, MCT di dalamnnya itu berbeda dari MCT yang memiliki manfaat kesehatan.
Selain itu, sebagian besar lemak dalam minyak sawit adalah lemak jenuh rantai panjang yang tidak sehat, karena meningkatkan kolesterol jahat.
Meskipun ada beberapa ahli diet yang menyetujui penggunaan minyak kelapa, tak sedikit pula yang menyarankan agar tidak terlalu sering menggunakannya.
"Saya tidak merekomendasikan minyak yang padat pada suhu kamar. Minyak tropis, seperti minyak kelapa, termasuk di dalamnya."
Baca juga: Tips Memilih Minyak Goreng yang Aman untuk Makanan
Demikian ungkap Keith-Thomas Ayoob, profesor klinis asosiasi emeritus dari Departemen Pediatri di Fakultas Kedokteran Albert Einstein.
Menurut dia, minyak kelapa mengandung lebih dari 90 persen lemak jenuh, dan penelitian pun menemukan, minyak kelapa dapat meningkatkan kolesterol LDL.
Bahkan, minyak kelapa memiliki lebih banyak lemak jenuh jika dibandingkan dengan lemak babi.
“Beberapa koki menyukainya, tetapi saya tidak menyarankan penggunaannya,” ujar dia.
Menurut Ellie Busby, ahli gizi terdaftar dan pendiri Vojo Health, minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) umumnya tidak stabil saat dipanaskan, dan tidak boleh digunakan untuk menggoreng.
Nah, canola, minyak jagung, dan minyak bunga matahari termasuk di dalamnya.
"Minyak bunga matahari tampaknya menjadi yang paling buruk untuk menggoreng."
Baca juga: Cara Aman Membuang Minyak Goreng Bekas
"Sebab, minyak ini memiliki tingkat senyawa beracun yang lebih tinggi setelah digoreng dibandingkan dengan minyak rapeseed," ujar dia.
Selain minyak nabati "buruk" yang disebutkan di atas, Gabriel juga menyarankan agar kita tidak menggunakan minyak jagung.