Pengalaman "mengalir" — tenggelam sepenuhnya dalam sesuatu — adalah ciri khas dari banyak kegiatan yang dihargai atau dinikmati orang.
Memeriksa keadaan emosi kita mengganggu aliran itu; itu merobek sebagian perhatian kita dari pengalaman yang menyenangkan.
Di sisi lain, jika "check-in" emosional kita mengungkapkan bahwa kita tidak bahagia, kita cenderung melihat ini sebagai masalah yang harus diperbaiki.
Sisi lain dari menghargai kebahagiaan adalah bahwa kita dapat memprioritaskan penghindaran atau penekanan emosi negatif, dan melakukan itu terkait dengan banyak hasil negatif, termasuk depresi dan kesejahteraan yang lebih rendah.
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari temuan riset Mauss? Perasaan pada dasarnya tidak baik atau buruk, melainkan netral. Kitalah yang melabeli atau memberikan penilaian.
Beberapa mungkin lebih menyenangkan daripada yang lain, tetapi semuanya memiliki tujuan. Mereka ada untuk membantu menginformasikan perilaku kita.
Membuat mereka lebih dari itu — mengubahnya menjadi tujuan mulia untuk dikejar atau hantu untuk ditakuti — memberi mereka kendali besar atas hidup kita.
Marilah kita mengingat momen ketika kita mengejar bayang-bayang diri sendiri ketika berada di bawah terik mentari. Semakin kita mengejar bayang-bayang diri sendiri, semakin menjauhlah bayang-bayang itu.
Begitupun kebahagiaan dalam hidup yang fana ini. Semakin kita mengejarnya, semakin menjauhlah kebahagiaan itu.
Karena kebahagiaan sejatinya ada di dalam diri tanpa syarat -- bukan bergantung orang, peristiwa atau keadaan tertentu.
Selamat berkarya sahabatku. Jangan lupa bahagia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.