Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/03/2023, 03:33 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang mulai mengurangi asupan gula karena alasan kesehatan.

Namun, industri makanan telah menemukan cara lain untuk memberikan konsumen makanan manis lewat pemanis buatan (artificial sweetener) maupun pengganti gula (sugar substitute).

Secara diam-diam, pemanis buatan seperti sukralosa, stevia, allulosa, eritritol, dan berbagai macam lainnya dimasukkan ke dalam banyak makanan kemasan untuk menggantikan gula.

Baca juga: Riset: Pemanis Nol Kalori Berisiko Picu Serangan Jantung dan Stroke

Bahkan selama beberapa dekade, pemanis rendah dan nol kalori juga telah digunakan dalam minuman ringan diet.

Tetapi, sekarang perusahaan makanan menambahkannya ke dalam semakin banyak makanan kemasan, termasuk roti, yogurt, oatmeal, muffin, sup kalengan, saus salad, bumbu, hingga camilan.

Menurut analisis dari sebuah perusahaan riset pasar bernama Mintel, jumlah produk makanan yang mengandung pengganti gula rendah atau tanpa kalori telah melonjak dalam lima tahun terakhir.

Industri makanan mengatakan bahwa pengganti gula membantu orang mengelola berat badan dan mengurangi asupan gula tambahan.

Sayangnya, penelitian menunjukkan bahwa pemanis ternyata memiliki efek yang tidak terduga pada kesehatan usus dan metabolisme tubuh.

Ini juga berdampak meningkatkan keinginan makan dan resistensi insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2.

Baca juga: 56 Nama Lain Gula dalam Kemasan Makanan, Ini Daftarnya

Pengaruh pemanis buatan pada metabolisme

Para ilmuwan dulu berpikir bahwa pemanis non-nutrisi seperti pemanis buatan sebagian besar bersifat inert, atau hanya mengaktifkan reseptor manis di lidah kita dan melewati tubuh kita tanpa menyebabkan perubahan metabolisme.

Namun, masih ada pertanyaan tentang efek kesehatan dari mengonsumsi bahan-bahan ini dalam jumlah besar.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memperingatkan orang-orang untuk membatasi asupan pemanis buatan karena berpotensi menimbulkan efek jangka panjang yang tidak diinginkan, termasuk efek yang merugikan kesehatan usus dan metabolisme.

Robert Rankin, direktur eksekutif Calorie Control Council, sebuah kelompok industri, menentang klaim yang menyatakan bahwa pemanis buatan memiliki risiko kesehatan.

Baca juga: Mengkaji Aman Tidaknya Sakarin, Si Pemanis Buatan dalam Makanan

"Bukti menunjukkan bahwa pemanis rendah dan tanpa kalori adalah alternatif yang aman dan efektif untuk gula tambahan," katanya seperti dikutip dari The Washington Post.

"Ini juga dapat digunakan sebagai bagian dari diet seimbang untuk membantu konsumen mencapai tujuan diet, baik itu mengelola berat badan atau diabetes, mengurangi konsumsi gula tambahan, atau mengurangi asupan kalori total," sambung dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com