Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/05/2023, 15:08 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Best Life

KOMPAS.com - Kucing mungkin menjadi salah satu hewan terbaik untuk dijadikan sebagai peliharaan, karena bisa menjadi teman yang lucu dan tidak membutuhkan banyak perawatan.

Kendati demikian, para ahli memperingatkan, terlalu sering memeluk atau berdekatan dengan hewan ini bisa menimbulkan konsekuensi yang kurang menyenangkan.

Faktanya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kucing dapat menyebarkan berbagai penyakit.

Sering kali penyakit yang disebarkan atau ditularkan pada kita terjadi tanpa menunjukkan gejala infeksi.

Baca juga: 8 Tanda Kucing Merasa Sedih, Bisa Jadi Gejala Depresi

Setidaknya, ada lima penyakit paling umum yang dapat ditularkan dari kucing pada manusia.

1. Cat scratch disease

Kucing dapat terinfeksi penyakit cakaran kucing (cat scratch disease) melalui paparan kutu dan caplak, kemudian menularkannya dengan menggigit, mencakar, atau menjilati.

CDC memperkirakan, hingga setengah dari semua kucing terpapar cat scratch disease selama masa hidupnya.

Tetapi hanya sebagian kecil kucing yang terinfeksi yang akan menunjukkan gejala.

Gejala-gejala tersebut dapat berupa muntah, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, atau kehilangan nafsu makan.

Manusia yang tertular cat scratch disease dari hewan peliharaannya mungkin akan melihat adanya lecet atau benjolan di tempat cakaran atau gigitan.

CDC mengatakan, gejala lainnya dapat berupa pembengkakan kelenjar getah bening, demam, infeksi mata, nyeri otot, dan banyak lagi.

2. Parasit

Banyak kucing membawa parasit seperti cacing tambang, kurap, cacing pita, dan cacing gelang.

Baca juga: Seberapa Sering Kita Perlu Memberi Makan Kucing?

Semua itu dapat dengan mudah ditularkan kepada pemiliknya melalui kontak langsung, atau melalui kontak dengan kotorannya saat mengganti kotak kotoran.

Gejalanya bervariasi pada manusia tergantung pada jenis parasitnyam

Gejala yang mungkin timbul antara lain garis merah berlekuk-lekuk di bawah kulit (cacing tambang), dan ruam gatal berbentuk cincin (kurap).

Bisa pula dengan terlihatnya segmen-segmen parasit di dalam tinja (cacing pita), atau gejala-gejala yang mempengaruhi mata dan organ tubuh (cacing gelang).

Cara terbaik untuk melindungi diri dari parasit adalah dengan membawa kucing ke dokter hewan secara teratur untuk pemeriksaan.

Bisa pula dengan mencuci tangan setelah membelai atau bermain dengan kucing, dan membatasi paparan terhadap kotak kotoran kucing.

CDC juga merekomendasikan untuk mendisinfeksi lantai rumah secara teratur dan tidak berjalan tanpa alas kaki di dalam rumah.

Baca juga: 5 Bunga yang Beracun untuk Kucing

3. MRSA

MRSA adalah kependekan dari methicillin-resistant staphylococcus aureus.

Ini adalah sejenis bakteri yang resisten terhadap antibiotik, yang ditemukan pada kulit dan hidung hewan dan manusia yang terinfeksi.

Kita bisa tertular MRSA dari kucing saat mengelusnya, bahkan jika kucing peliharaan kita tidak tampak sakit.

Demikian pula, banyak orang yang mengidap MRSA tidak menunjukkan gejala.

Namun, beberapa orang dengan MRSA dapat mengalami infeksi dermatologis serius yang dapat muncul sebagai benjolan merah, bengkak, dan berisi nanah pada kulit.

Sebagian kecil pasien MRSA mengalami komplikasi yang mengancam jiwa ketika bakteri menyebar ke paru-paru atau aliran darah.

4. Salmonella

Infeksi salmonella paling sering menyebar melalui makanan yang terkontaminasi.

Baca juga: Berapa Banyak Waktu yang Dibutuhkan Kucing untuk Tidur?

Meski demikian infeksi ini juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia, dan dari orang ke orang.

Kucing dapat terinfeksi jika hewan ini mengonsumsi makanan kucing mentah, makanan kucing yang terkontaminasi, atau jika memakan burung, hewan pengerat, dan hewan lain yang terinfeksi.

Meskipun kucing biasanya tidak menunjukkan gejala keracunan salmonella, kita mungkin akan merasakan gejala pencernaan yang tidak menyenangkan jika terinfeksi.

Menurut CDC, gejala dapat berupa diare, demam, dan kram perut, yang biasanya muncul antara enam jam hingga empat hari setelah terinfeksi dan bertahan hingga seminggu.

Meskipun kita dapat sembuh tanpa pengobatan, banyak dokter menyarankan untuk mengobati kasus infeksi salmonella dengan antibiotik.

5. Toksoplasma

Toksoplasmosis adalah alasan lain yang baik untuk berhati-hati dalam hal kotak kotoran kucing.

"Kucing terinfeksi dengan memakan hewan pengerat, burung, atau hewan kecil lainnya yang terinfeksi," terang CDC.

Baca juga: Ras Kucing yang Cocok untuk Masing-masing Zodiak

"Parasit tersebut kemudian keluar melalui kotoran kucing, mencemari lingkungan atau kotak kotoran kucing," jelasnya.

Wanita hamil dan orang dengan penyakit autoimun memiliki risiko tertinggi terkena komplikasi serius akibat toksoplasmosis.

Pada kasus yang parah, toksoplasmosis dapat menyebabkan penyakit otak atau cacat lahir.

Meskipun sebagian besar penderita toksoplasmosis cuma akan mengalami gejala ringan seperti flu.

Bicaralah dengan dokter jika kita memelihara kucing di rumah dan yakin bahwa kita mungkin menunjukkan tanda-tanda penyakit yang berhubungan dengan hewan peliharaan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com