Nahkan, salah satu memori yang dia ingat sampai saat ini adalah tentang bagaimana dorongan sang ayah agar Griffin menyantap segala makanan.
"Kamu bisa makan semua itu? Bagus sekali'," sebut Griffin mengenang perkataan ayahnya.
"Jadi saya tumbuh menjadi anak yang berpikir, seperti ini: Jika makan empat paha ayam membuatnya terkesan, bagaimana dengan enam?" kata Griffin.
Griffin juga mengakui dirinya adalah seorang emotional eater. Sehingga,makanan selalu menjadi "solusi" setiap kali marah, kesal, tertekan atau bosan.
Tak cuma itu, di saat-saat bahagia pun dia membutuhkan makanan untuk merayakannya.
Makanan manis bahkan menjadi masalah khusus bagi dia. Griffin yang sangat menyukai permen, biskuit, dan kue es krim.
Dia makan banyak makanan cepat saji. Bayangkan saja, makan siangnya bisa berupa double cheeseburger, milkshake cokelat, dan kentang goreng.
Baca juga: Insecure pada Makanan Mempersulit Penurunan Berat Badan
Terkadang, dia akan menambahkan burger kedua ke dalam pesanannya itu. Lalu, belum lagi soda manis.
Jika Griffin pergi makan, ia bisa dengan mudah menghabiskan 6-8 kali isi ulang minuman bersoda.
Ketika berat badannya terus meningkat, Griffin membeli timbangan yang bisa mencapai beban 450 kilogram.
Berat maksimum yang dia catat adalah 333 kilogram pada tahun 2014. "Saya sampai pada titik di mana saya hanya bisa berbaring di tempat tidur," kenang dia.