Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Anak DPR RI, Ini 5 Gejala Dini Kekerasan Domestik dari Pasangan

Kompas.com - 09/10/2023, 08:37 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Kasus kekerasan domestik yang berkaitan dengan asmara kembali terjadi.

Gregorius Ronald Tannur (31) diduga melakukan penganiayaan yang menewaskan kekasihnya, DSA (29), usai mengunjungi tempat hiburan bersama.

Baca juga: Kasus Anak DPR RI Aniaya Pacar hingga Tewas, Korban Sempat Tinggalkan Pesan Terakhir

Media sosial lalu diramaikan dengan unggahan korban yang mengeluhkan perilaku kekasihnya itu, beberapa saat sebelum kematiannya.

Cwe-nya mati-matian jaga hati buat cowo nya. Eh cwo nya mati-matian buat matiin cwenya," tulisnya lewat akun TikTok pribadinya, @bebyandine.

Curhatannya ini membuat warganet berspekulasi jika hubungan korban memang sarat dengan kekerasan sedari awal.

Baca juga: Tanda Kekerasan Psikis dalam Hubungan, Posesif dan Suka Mengontrol

Gejala kekerasan domestik yang sering tidak disadari

Kekerasan domestik tidak hanya berkaitan dengan pukulan, tendangan atau cakaran yang melukai secara fisik.

"Pelecehan emosional, pelecehan psikologis, pelecehan seksual, pelecehan finansial, pelecehan, dan penguntitan semuanya termasuk dalam kekerasan domestik," kata Jennifer C. Genovese, PhD, pekerja sosial klinis berlisensi di New York.

Sayangnya, tanda dini kekerasan tidak selalu mudah dideteksi, bahkan oleh korbannya sendiri.

"Hubungan yang penuh kekerasan mungkin tampak intens atau penuh kasih sayang pada awalnya," kata Genovese.

Pasangan dominan mungkin tampak sangat perhatian, protektif, dan memuji, serta menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa.

Baca juga: Kenali, 3 Tanda Orang Terdekat jadi Korban Kekerasan Domestik

"Ikatan yang kuat mungkin terjalin di antara pasangan, dan hubungan dapat berkembang dengan cepat, melalui diskusi awal mengenai tinggal bersama, atau pernikahan, atau diskusi mengenai memiliki anak,” tambah Genovese.

Intensitas hubungan yang cepat ini lalu memungkinkan pelaku kekerasan dengan cepat mendapatkan kendali atas kehidupan korban.

Meski demikian, tanda-tanda kekerasan dalam hubungan sering kali tidak langsung muncul sehingga menyulitkan identifikasinya.

"Hal ini karena pelaku sering kali mencoba menyembunyikan bagian diri mereka yang ini pada awalnya," terang Jennifer Kelman, konselor profesional di Florida.

Baca juga: Pernah Jadi Korban Kekerasan dalam Hubungan, Sara Wijayanto Beri Pesan Ini

Namun ada sejumlah tanda-tanda halus yang bisa kita cermati untuk memastikan potensi kekerasan domestik pada hubungan yang dijalani.

Ngotot menemani ke mana saja

ilustrasi jenis-jenis love language.iStockPhoto/filadendron ilustrasi jenis-jenis love language.
Perilaku ini terkesan penuh perhatian tapi sebenarnya bertujuan mengisolasi kita dari lingkungan sekitar.

"Ini bukan karena mereka sangat mencintaimu dan hanya ingin waktu bersama," pesan Kelman.

Mereka tengah membangun kekuasaan dan dominasi untuk membuat kita ketergantungan.

Setelah itu, perilakunya berkembang menjadi semakin posesif atau cemburu seiring berjalannya waktu sampai akhirnya melarang berbagai aktivitas kita.

Baca juga: Minta Pasangan Rutin Memberi Kabar, Posesif atau Bukan?

Gaslighting

Gaslighting adalah bentuk pelecehan psikologis saat pelakunya menyebabkan seseorang mempertanyakan realitasnya sendiri.

“Korban dibuat merasa bingung, atau reaksi mereka tidak sebanding dengan keadaan dan mulai mempertanyakan reaksi dan perasaan mereka sendiri,” kata Genovese.

Misalnya, menghina atau mempermalukan kita dan menuduh respon kita sebagai perilaku yang terlalu sensitif atau dramatis saat bereaksi.

Baca juga: 7 Tahapan Gaslighting dalam Hubungan Percintaan, Awas Jadi Korban

"Pelaku sering kali menggambarkan orang yang dianiaya sebagai orang yang tidak sehat secara mental dan terlalu reaktif, atau meremehkan insiden kekerasan sebagai argumen yang normal," kata Kambolis.

Love bombing

Kekerasan domestik juga diawali dengan serangan emosional yang merusak harga diri korban dan membuat mereka bergantung dan enggan meninggalkan korban.

"Love bombing, yang dapat berupa hadiah, pujian, permintaan maaf, dan janji muluk-muluk untuk tidak mengulangi perilaku kasar – sering kali terjadi setelah serangan emosional ini sebagai cara untuk memuluskan keadaan, " jelas Kelman.

Baca juga: Curiga Jadi Korban Love Bombing? Kenali 8 Tanda Perilakunya..

Korban selalu ingin menyenangkan pelakunya

"Seseorang yang mengalami kekerasan domestik mungkin menyetujui, memuji, memuji, atau membuat alasan bagi pelaku untuk meminimalkan kekerasan terjadi lagi," terang Genovese.

Misalnya, mereka akan menghubungi pasangannya yang kasar itu sebelum mengambil keputusan apa pun, sekecil apa pun.

Baca juga: Kisah Andien Lepas dari Hubungan Penuh Kekerasan berkat Nasihat Ibu

“Pemberian izin ini mungkin bersifat nonverbal, mungkin hanya anggukan kepala secara halus, atau kedipan mata, namun izin harus diberikan sebelum korban merasa cukup aman untuk memberikan tanggapan,” kata Genovese.

Kecenderungan ini mungkin sebagai akibat dari trauma saat korban kekerasan berusaha menyenangkan pelaku untuk menghindari trauma lebih lanjut.

Ironisnya, respon ini sering kali menimbulkan jebakan dan ketergantungan dalam hubungan yang penuh kekerasan.

Putus sambung

IlustrasiPIXABAY Ilustrasi
Asmara yang putus sambung juga bisa jadi tanda kekerasan domestik.

Namun korban akhirnya kembali pada pelaku karena alasan finansial, tempat tinggal, mode transportasi, anak-anak, bahkan hewan peliharaan.

Ketakutan akan pembalasan dari pelaku juga dapat membuat seseorang tetap berada dalam hubungan yang penuh kekerasan.

Baca juga: Kenapa Wanita Bertahan dalam Hubungan Penuh Kekerasan?

"Secara keliru percaya bahwa mereka dapat mengakhiri siklus pelecehan jika mereka berusaha lebih keras untuk memperbaiki keadaan atau menghindari membuat marah pelaku," jelas Kelman.

Pelaku kekerasan juga bisa mengancam untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri, yang sebenarnya adalah bentuk kontrol terhadap korban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com