Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2023, 17:47 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Megan Tjelle pernah merasa sangat malu dengan bentuk badan dan bobotnya yang mencapai 112 kilogram.

"Saya tumbuh sebagai atlet dan pesenam selama 13 tahun, tetapi ketika saya kuliah, banyak hal berubah," kata wanita berusia 29 tahun itu.

"Saya lalu menggunakan makanan sebagai mekanisme koping, dan hal ini semakin meningkat ketika saya mulai bekerja sebagai perawat, terutama selama pandemi."

"Saya beralih ke makanan untuk mendapatkan kenyamanan," kata perawat di Chicago, Illinois ini.

Dia dengan mudah melumat makanan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam dalam waktu acak, dan tak hanya tidak sehat, tetapi juga merupakan kebiasaan yang mahal.

Dia mengatakan kepada Newsweek, sering menghabiskan banyak uang untuk junk food; terkadang satu pesanan bisa menghabiskan Rp 400-600 ribu untuk satu pesanan. 

Tjelle memperkirakan ia biasa makan sekitar 3.000 kalori per hari dan selalu makan di waktu-waktu yang aneh.

"Kebiasaan makan saya berubah-ubah karena saya bekerja shift malam dan sering kali harus siap siaga," kata dia.

Baca juga: Cara Simpel Everett Gooch Turunkan Bobot hingga 79 kg di Usia 63 Tahun

"Saya tidak memiliki jadwal tidur yang teratur, dan saya akan makan makanan yang tidak sehat untuk mengatasi semuanya."

"Terkadang saya makan malam di tengah malam atau ketika saya tiba di rumah pada pukul 6 pagi."

Pada Oktober 2022, Tjelle menjadi sangat tidak bahagia dengan ukuran tubuhnya yang menjadi berukuran 16.

"Sampai pada titik di mana saya sangat minder, dan saya tidak ingin meninggalkan rumah," kata dia.

"Saya sangat malu dengan berat badan saya. Saya pernah mencoba diet sebelumnya, tetapi saya tidak pernah bisa bertahan."

"Saya menghabiskan tujuh tahun untuk memberikan segalanya untuk orang lain dan mengabaikan kebutuhan saya sendiri."

"Jadi, ketika saya meninggalkan pekerjaan saya sebagai perawat keliling dan memulai pekerjaan baru dengan jam kerja normal 9-5, saya memutuskan bahwa inilah saatnya untuk memprioritaskan diri saya sendiri," kenang dia.

Di momen itulah dia memutuskan untuk memulai perjalanan kesehatan dan kebugaran.

Tjelle bergabung dengan gym dan berjalan di walking pad pada jalur menanjak selama 30 menit per hari, dan berhenti makan junk food.

Sebagai gantinya, ia membeli makanan sehat siap saji yang disiapkan oleh perusahaan lokal.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menjelaskan bahwa berat badan yang sehat bukan hanya tentang mengikuti diet atau program.

Baca juga: Sempat Sekarat, Wanita Ini Bangkit dan Sukses Turunkan Bobot 136 Kg

Sebaliknya, ini memerlukan cara hidup yang menggabungkan pengurangan stres, olahraga teratur, dan kebiasaan makan yang sehat.

Menurunkan berat badan tak ubahnya seperti maraton, bukan sprint.

Sehingg, mereka yang melakukannya dengan kecepatan yang lambat namun stabil akan lebih mungkin mempertahankan berat badan.

Meskipun olahraga dan diet sehat sangat penting untuk menurunkan berat badan, keduanya bukanlah satu-satunya hal yang memengaruhi berat badan.

Manajemen berat badan juga dapat dipengaruhi oleh tidur, penuaan, genetika, penyakit, obat-obatan, dan lingkungan.

CDC menyarankan untuk memulai dari yang kecil dan meningkatkannya hingga 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang per minggu.

Namun, jumlah waktu ini hanyalah sebuah pedoman karena aktivitas fisik yang dibutuhkan sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com