KOMPAS.com - Di Inggris, hari Senin pertama di bulan Januari ternyata mendapat julukan sebagai "Hari Perceraian". Tahun ini, "Hari Perceraian" itu jatuh pada 8 Januari 2018.
Para pengacara perkawinan menjuluki demikian, karena di saat itulah mereka menjadi amat sibuk menyusul banyaknya kasus perceraian yang muncul.
Konon, di hari Senin pertama bulan Januari, jumlah kasus perceraian yang didaftarkan mencapai puncaknya.
Tekanan keuangan dan ketegangan keluarga selama masa Natal dan Tahun Baru diduga menjadi pemicu maraknya perceraian.
Asumsi ini diungkapkan pengacara dari firma hukum Slater dan Gordon di London, Inggris.
Laman News Sky memberitakan, sebuah survei dilakukan terhadap 2.000 orang dewasa yang sudah menikah.
Baca juga: Angka Perceraian Meningkat Setelah Tahun Baru
Dari jumlah itu, ada 37 persen mengatakan bahwa tekanan finansial menjadi tantangan terbesar dalam mempertahankan pernikahan.
Sementara ada 22 persen responden yang mengatakan sebagian besar argumentasi yang melatarbelakangi keinginan berpisah adalah uang.
Kemudian, di antara mereka yang sudah berpikir untuk bercerai, 25 persen di antaranya akhirnya memutuskan untuk bertahan karena pertimbangan anak-anak.
Sementara, 24 persen lainnya mengaku takut kehilangan tempat tinggal.
Lebih mengejutkan adalah, lebih dari seperempat atau sekitar 27 persen dari mereka yang menjadi responden mengaku pernah berselingkuh tapi tak mengaku kepada pasangannya.
Di antara jumlah itu, sebanyak tujuh persen mengaku sudah menyimpan rahasia perselingkuhan itu selama lebih dari 10 tahun.
Selanjutnya, hampir 1:10 responden, atau kira-kira delapan persen, mengaku pernah tidur dengan orang lain selain pasangannya.
Data terbaru dari Kantor Statistik Nasional setempat menunjukkan adanya peningkatan perceraian antar pasangan heteroseksual.
Baca juga: Kiat Kembali Berkencan Usai Perceraian
Tercatat, penambahan 5,8 persen perceraian pada tahun 2016 dibandingkan dengan setahun sebelumnya.