KOMPAS.com - Selama pandemi ini banyak orang yang semakin terbiasa melakukan banyak hal sekaligus alias multitasking. Mulai dari melakukan zoom meeting, memasak, sambil mendampingi anak sekolah online.
Tanpa disadari, terkadang kita juga berharap anak juga punya kemampuan multitasking Padahal, multitasking bisa berdampak negatif bagi orangtua maupun anak.
"Teknologi mempermudah anak-anak untuk melakukan banyak tugas, tetapi hal ini memengaruhi anak dan orangtua secara negatif," kata psikolog anak Ethan Benore, PhD, BCB, ABPP.
Kendati terbilang efisien, multitasking bukan merupakan solusi untuk menyelesaikan banyak pekerjaan.
Masalah baru bisa timbul dari multitasking, yakni segala sesuatu yang kita kerjakan akan sulit mencapai hasil maksimal.
Baca juga: 5 Gerakan Yoga Sederhana untuk Mengatasi Bahu dan Leher Tegang Akibat WFH
"Bagi tugas yang Anda kerjakan, atau Anda tidak bisa menyelesaikan tugas apa pun dengan baik," sebut Benore.
Dampak multitasking pada anak
Anak bisa membuat pilihan lebih baik dan memprioritaskan tugas saat tugas tersebut dikerjakan satu per satu.
Namun, multitasking memengaruhi produktivitas serta otak anak. Multitasking membuat otak anak yang masih berkembang sulit menyerap informasi dan menghubungkan pikiran dan ide.
Dampak multitasking juga memengaruhi hubungan anak dengan keluarga.
Anak atau orangtua yang sering menggunakan beberapa gawai atau bermain video game tidak memiliki interaksi yang baik dengan keluarga.
Baca juga: 5 Hal yang Bisa Bantu Anak Atasi Rasa Marah
"Anak yang menghabiskan lebih sedikit waktu berinteraksi dengan orangtua akan belajar lebih sedikit. Mereka tidak akan mengerti cara orang dewasa berperilaku," katanya.
Multitasking juga memberi batasan antara orangtua dan anak. Baik orangtua maupun anak akan kesulitan memahami jika mereka adalah bagian dari sebuah keluarga.
Sebuah studi menyimpulkan perangkat elektronik seperti ponsel pintar dapat menurunkan kapasitas kognitif.
Dalam studi tersebut, murid sekolah yang meletakkan ponselnya di ruangan berbeda memiliki hasil tes kognitif lebih baik daripada murid yang meletakkan ponselnya di atas meja dengan posisi layar terbalik.