KOMPAS.com - Dulu, ketika kita berada di dalam bioskop, kita pasti sering mendengar Dolby selalu memutar video dengan suara yang berbunyi "all around you".
Tapi sekarang, sistem suara kitar (surround sound) di bioskop-bioskop ternama di Indonesia tidak lagi menggunakan Dolby 7.1.
Sebagai gantinya, Dolby mengusung sistem suara kitar Dolby Atmos.
Kira-kira, apa yang membuat Dolby Atmos lebih unggul dibandingkan sistem surround sound biasa?
Baca juga: Rasuk 2 Siap Meneror dengan Tata Suara Dolby Atmos
Berkaitan akan hal itu, Kompas.com berkesempatan mengunjungi Jakarta Film Studio yang terletak di kawasan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (20/1/2022) pagi.
Kami tiba di FourMix Studio, salah satu bangunan di dalam kompleks Jakarta Film Studio.
FourMix Studio berfungsi sebagai tempat untuk memproses paska produksi suara, yang di dalamnya terpasang sistem Dolby Atmos dan layar berukuran besar.
Sesampainya di dalam, kami disambut hangat oleh Satrio Budiono. Dia adalah Co-Owner sekaligus Lead Sound Engineer di FourMix Studio.
Adapun Managing Director, Emerging Markets Dolby Laboratories Pankaj Kedia dan Senior Regional Director, Japan and Emerging Markets Dolby Laboratories Ashim Mathur yang hadir secara virtual.
Usai perkenalan singkat, Pankaj membeberkan seperti apa cara kerja sistem Dolby Atmos.
Dia menuturkan, Dolby Atmos adalah teknologi yang berfokus pada pengiriman audio secara dinamis ke telinga kita.
"Setiap kita menonton film yang menggunakan teknologi Dolby Atmos pada perangkat yang kompatibel, suara akan bergerak dalam ruang tiga dimensi," tutur dia.
Pada sistem surround sound biasa, audio atau suara akan keluar dari berbagai sisi. Sedangkan Dolby Atmos berbeda, kata Pankaj.
"Dengan Dolby Atmos, suara akan didorong ke titik tertentu. Dolby Atmos diciptakan untuk memberikan pengalaman audio imersif kepada kita."
"Teknologi ini memberikan pengalaman layaknya kita berada tepat di tengah-tengah film," imbuh dia.