Oleh: Fauzi Ramadhan dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Ketika anak tidak bisa mengerjakan tugas sekolahnya, lupa memakan bekal makanannya, atau kehilangan alat tulis miliknya di sekolah, acap kali orang tua langsung memarahi dan hanya menyalahkan mereka.
Padahal, sebagai seorang anak yang masih harus banyak belajar, kemampuan menyelesaikan masalah—atau disebut kemampuan problem solving—juga diperlukan agar bisa membantu mereka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi seperti disebutkan atas.
Kemampuan ini kelak bermanfaat dalam situasi-situasi sulit yang dihadapi anak, contohnya dengan apa yang dialami oleh cicak dalam siniar (podcast) Dongeng Pilihan Orangtua episode “Dongeng Laba-Laba yang Baik Hati”.
Cicak harus memutar otak agar dapat mendapatkan nyamuk yang memilih untuk terbang jauh karena diperingatkan oleh laba-laba. Tak tinggal diam, cicak lantas menyusun rencana untuk mengatasi masalah tersebut.
Tak berbeda dari orang dewasa, anak juga menghadapi berbagai masalah di kehidupannya sehari-hari. Akan tetapi, dibandingkan dengan orang dewasa, mereka belum memahami dan mampu mengatasinya dengan baik.
Baca juga: Yuk, Ajak Anak Salurkan Rasa Penasarannya dengan Mencoba Hal Baru!
Bahkan, tak jarang dari mereka lebih memilih untuk menghindari masalah daripada mengalokasikan energi untuk menyelesaikannya. Dengan begitu, tak heran jika anak memiliki kecenderungan-kecenderungan negatif, seperti berbohong atau nakal.
Apabila hal ini terus berlanjut, menurut studi yang dipublikasi oleh Behaviour Research and Therapy pada 2010, anak yang kurang memiliki kemampuan problem solving berisiko tinggi mengalami depresi dan kecenderungan untuk bunuh diri.
Padahal, anak yang memiliki kemampuan problem solving dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan terampil dan kreatif. Selain itu, kemampuan ini juga dapat melahirkan daya kritis, pemikiran mendalam, serta rasa penghargaan terhadap berbagai perspektif orang lain.
Mengajari anak kemampuan problem solving tidak serta-merta mendiktekannya saja. Anak perlu mengalaminya, tetapi jangan sampai ia merasa sendiri. Peran orang dewasa, apalagi orangtua, merupakan kunci utama agar anak bisa percaya diri mengatasi berbagai permasalahannya.
Lantas, apa yang bisa dilakukan agar anak mampu memiliki kemampuan problem solving?
Cobalah untuk memahami dan memvalidasi emosi anak terlebih dahulu. Dari situ, anak akan perlahan membuka apa yang ia rasakan, serta berhasil mempercayai kita sebagai lawan bicaranya.
Baca juga: Mengapa Terkadang Sukses Tak Membuat Kita Bahagia?
Selain itu, dengan memahami emosi, anak dapat mengerti apa yang ia pikirkan, rasakan, serta khawatirkan. Ini adalah langkah awal untuk mengatasi permasalahannya, dimulai dari dirinya sendiri dulu.
Setelah berhasil memahami perasaan anak, langkah selanjutnya adalah mengenali permasalahannya. Melansir verywellfamily, cara yang dapat dilakukan adalah dengan membantu anak agar mampu mengutarakan permasalahannya, dimulai dari bertanya, menulis apa yang dirasakan, lalu membicarakannya.
Ketika masalah sudah selesai dipahami, anak dapat bereksplorasi menemui jalan-jalan keluar dari masalah tersebut.