Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Mario Dandy; Mengapa Anak Muda Suka Merekam Aksi Kekerasan?

Kompas.com - 02/03/2023, 13:05 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber NYPost

KOMPAS.com - Perkembangan kasus Mario Dandy mengungkap fakta kehadiran temannya, Shane Lukas yang merekam aksi kekerasan tersebut.

Bukannya mengingatkan temannya untuk menghentikan aksi keji itu, ia malah mendokumentasikan tindakan penganiyaan tersebut hingga David tak berdaya.

Baca juga: Shane Lukas Mengaku Takut dengan Mario Dandy, Hanya Pasrah Disuruh Rekam Penganiayaan D

Tindakannya itu mungkin tidak lazim bagi sebagian kalangan namun rupanya telah menjadi fenomena tersendiri di kalangan anak muda.

Dalam berbagai kasus, sering kali anak muda lebih suka menjadi penonton dengan merekam aksi kekerasan yang terjadi di sekitarnya.

Sejumlah pakar kesehatan mental mengatakan kecenderungan ini merupakan masalah yang relatif baru namun sebenarnya dapat berdampak pada kesehatan mental para anak muda itu selama sisa hidupnya.

"Ini ada perkembangan baru," kata Dr. Victor Fornari, kepala psikologi anak dan remaja di Northwell Health, New York, AS.

Baca juga: Pelaku Bullying di Bawah Umur Berpotensi Lakukan Kekerasan Saat Dewasa

“Ini adalah fenomena yang hanya bisa terjadi selama masa smartphone," katanya, dikutip dari NYPost.

Ilustrasi video viralKOMPAS.COM/Shutterstock Ilustrasi video viral
Di Amerika Serikat dan Kanada, sejumlah kasus juga menunjukkan kecenderungan yang serupa di kalangan anak muda.

Fornari mengatakan perilaku ini mungkin ada kaitannya dengan popularitas postingan di media sosial dan anak muda yang cenderung menginginkan 'perhatian luas'.

“Mereka ingin tahu berapa banyak popularitas yang mereka dapatkan, berapa banyak orang yang melihatnya,” kata Fornari.

Namun fenomena ini dapat berdampak pada anak muda di tahun-tahun mendatang kehidupannya.

Baca juga: Kenali, 8 Tanda Anak Remaja Berpotensi Jadi Pelaku Kekerasan

Misalnya memicu gangguan stres, PTSD, dan perkembangan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan zat di masa depan.

“Anak muda pada usia ini mudah dipengaruhi,” kata Fornari.

“Menyaksikan dan menonton kekerasan online semacam ini dapat membekas dalam pikiran mereka dan menyebabkan gangguan yang signifikan pada bulan-bulan setelah peristiwa tersebut dan sepanjang hidup.”

Dr. Linda Charmaraman, Direktur Youth, Media and Wellbeing Research Lab di Wellesley College, Massachusetts mengatakan pada anak muda, khususnya remaja, mereka seringkali tidak tahu hal yang benar untuk dilakukan.

Hal ini yang menyebabkan mereka lebih memilih merekam aksi kekerasan, bukannya memberikan bantuan.

“Otak remaja masih berkembang – hal-hal seperti kontrol impuls dan perkembangan moral, dan kadang-kadang, mereka bahkan mungkin tidak berpikir apa yang terjadi itu nyata,” kata Charmaraman.

Baca juga: Kak Seto Ingatkan Aparat Cegah Penyebaran Video Kekerasan Anak di Medsos untuk Hindari Trauma

Terlebih lagi, saat ini ada hal mengerikan yang diberitakan dan ditampilkan di media sosial maupun pemberitaan.

"Orang-orang menjadi kurang peka," tambah Charmaraman, yang merupakan pakar media sosial dan remaja ini.

Ia menambahkan, alasan beberapa orang secara naluriah merekam, daripada membantu atau menelepon pihak berwenang, adalah karena takut akan bahaya pribadi dan pembalasan dari pihak lain karena ikut campur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com