Alih-alih menjadi gerakan ramah lingkungan, sisa barang yang tidak diminati ini kemudian akan menambahkan jumlah sampah fashion baru di Indonesia.
"Apalagi demand yang sangat membludak akhir-akhir ini," tambah Intan, yang merupakan penulis "Dunia Dalam Lemari".
Baca juga: Ini Brand Lokal yang Mengusung Konsep Sustainable Fashion
Sejumlah kalangan menilai tren thrifting bisa mengancam industri pakaian lokal karena kehilangan peminat.
Intan meyakini, hal tersebut tidak akan berpengaruh karena segmen peminatnya maupun style yang berbeda.
Hanya saja, seniman recycling fashion waste ini memperingatkan soal risiko tren ini dimonetisasi oleh pihak ketiga yang mengambil margin tinggi.
"Demand besar, supply barang import bertambah tinggi, yang tadinya keseruan itu karena mendapat good deal, dicuci kembali dan ramah kantong mahasiswa, menjadi sebaliknya," urainya.
Menurutnya, akan lebih baik jika kita mulai memberikan perhatian pada barang bekas yang ada di sekitar kita jika memang tujuannya adalah fashion berkelanjutan.
"Dampaknya bisa baik kalau dimulai dari barang bekas yang ada di sekitar kita, bukan barang import," katanya.
"Kalau sesekali membeli langsung untuk "pengalaman seru" gapapa," kata Intan.
Baca juga: Tips Menerapkan Fesyen Berkelanjutan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.