KOMPAS.com - Kebiasaan overthinking seringkali muncul tanpa kendali dan sulit untuk dibendung.
Bahkan, ada yang meyakini bahwa merenungkan suatu masalah dalam waktu yang lama adalah kunci untuk menemukan solusi terbaik.
Namun, realitanya seringkali berbeda. Kenyataannya, semakin lama kita terjebak dalam pemikiran berlebihan, semakin sedikit waktu dan tenaga untuk bertindak secara produktif.
Selain itu, terlalu banyak mempertimbangkan segala kemungkinan, meragukan keputusan, dan terus-menerus merancang skenario terburuk bisa membuat kita kian bermasalah.
Baca juga: 6 Zodiak yang Paling Sering Overthinking, Ada Pisces hingga Virgo
Tak hanya itu, dalam banyak kasus, overthinking justru menghambat daripada membantu.
Ada beberapa jenis overthinking yang mungkin muncul dalam benak seseorang.
Banyak di antaranya disebabkan oleh distorsi kognitif, yaitu cara berpikir yang negatif atau menyimpang.
Jenis overthinking ini melibatkan penilaian situasi dalam format yang sangat sederhana.
Alih-alih melihat sisi baik dan buruknya, seseorang hanya menganalisis suatu peristiwa dengan mempertimbangkan apakah itu berhasil atau gagal.
Baca juga: 3 Tips Menghentikan Overthinking Kronis dari Psikolog
Jenis overthinking ini melibatkan pemikiran segala sesuatunya akan lebih buruk daripada kenyataannya.
Sebagai contoh, kita mungkin takut akan gagal dalam ujian.
Hal ini kemudian mengarah pada kekhawatiran akan gagal di kelas yang kemudian akan menyebabkan kegagalan sekolah, tidak mendapatkan gelar, dan tidak dapat menemukan pekerjaan.
Jenis overthinking ini membuat kita khawatir tentang skenario terburuk yang tidak realistis.
Jenis overthinking ini terjadi ketika seseorang mengambil satu peristiwa tertentu atau kejadian acak dari masa lalu.
Peristiwa itu lantas dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan ekspektasi yang berlaku untuk semua situasi di masa depan.
Baca juga: 3 Cara Menghentikan Kebiasaan Overthinking
Alih-alih mengakui bahwa hasil yang berbeda masih mungkin terjadi, kita seringkali cenderung mengasumsikan bahwa hal tertentu akan "selalu" atau "tidak akan pernah" terjadi.
Dalam konteks ini, melakukan generalisasi dari satu peristiwa masa lalu ke semua peristiwa di masa depan seringkali membuka pintu bagi overthinking dan kecemasan yang tidak berdasar.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.