Lantas, apa penyebab erotomania? Lahargo menjelaskan, secara medis, erotomania merupakan bagian dari delusi karena terjadi peningkatan neurotransmiter dopamin di otak.
“Peningkatan neurotransmiter dopamin membuat saraf otak menjadi salah persepsi dengan situasi yang dihadapi,” jelasnya.
Baca juga:
Lahargo mengatakan, salah satu penyebab erotomania adalah faktor stres akibat kehilangan orang yang dicintai atau orang yang sangat berharga.
“Kehilangan orang yang dicintai dan bermakna, sehingga erotomania menjadi suatu mekanisme defense (pertahanan) psikologis untuk menghadirkan figur yang memberikan perhatian dan perlindungan serta memberi kenyamanan,” jelasnya.
Pertumbuhan jaringan atau sel-sel abnormal di area otak atau tumor otak ditengarai menjadi salah satu penyebab erotomania.
Selain tumor di otak, Lahargo juga menuturkan, salah satu penyebab erotomania adalah riwayat trauma kepala pada penderita.
Selain itu, orang yang mengonsumsi alkohol dan narkoba lebih berpotensi terkena erotomania dibandingkan individu yang tidak mengonsumsinya.
Dikutip dari Cleveland Clinic dalam Kompas.com (14/9/2023), skizofrenia adalah gangguan mental yang disebabkan oleh kelainan otak, yang memengaruhi kesejahteraan fisik dan mental penderitanya.
Penyakit ini mengganggu cara kerja otak untuk berpikir, mengingat, berperilaku, dan menjalankan fungsi indra secara normal. Orang dengan skizofrenia akan mengalami kombinasi antara delusi, halusinasi, dan perilaku abnormal.
Dilansir dari American Psychiatric Association dalam Kompas.com (12/10/2022), bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, dan kemampuan seseorang.
Penderita gangguan bipolar akan mengalami keadaan emosional yang intens. Biasanya terjadi selama periode yang berbeda dari hari ke minggu atau disebut dengan episode suasana hati.
Dilansir dari Medical News Today dan Psych Sentral, paparan media sosial yang berlebih meningkatkan risiko erotomania.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa media sosial diketahui dapat meningkatkan risiko erotomania dengan banyaknya informasi tersedia tentang individu secara online.
Media sosial menghilangkan beberapa hambatan antara orang-orang yang tidak saling kenal. Oleh sebab itu, media sosial dapat disalahgunakan untuk dengan mudah mengamati, menghubungi, menguntit, bahkan melecehkan orang-orang yang sebelumnya tidak dapat diakses sama sekali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.