Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Regulasi Emosi: Kunci Keharmonisan Hidup

Kompas.com - 30/06/2024, 12:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Secara umum, kita menggunakan akal sehat untuk menilai kejadian tersebut sebagai pemicu emosi. Emosi dapat timbul dari berbagai macam kejadian, seperti marah karena tidak mencapai tujuan, sedih karena kehilangan sesuatu, ataupun takut karena ketidakpastian.

Pengalaman sehari-hari juga membentuk bagaimana kita merespons secara emosional terhadap berbagai peristiwa.

Misalnya, anak-anak biasanya merasa takut saat didekati oleh orang asing, tapi merasa senang atau sedih saat didekati oleh orangtua mereka.

Kita juga belajar dari budaya tentang emosi apa yang sesuai dalam situasi tertentu, seperti merasa sedih saat teman kehilangan orangtua.

Namun, tidak semua orang merespons pemicu emosi dengan cara yang sama. Misalnya, saat menonton film horor, kita merasa takut, sementara orang lain mungkin tidak.

Ini menunjukkan bahwa meskipun ada panduan umum tentang respons emosional, respons setiap orang dapat bervariasi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masing-masing.

Mengatur emosi adalah hal penting yang perlu kita lakukan. Menurut Gross, regulasi emosi adalah proses di mana seseorang mengontrol emosi mereka, kapan mereka merasakannya, dan bagaimana mereka mengalaminya serta mengekspresikannya.

Kemampuan untuk mengatur emosi dengan baik sangat penting untuk menjaga kesehatan mental kita.

Dalam jurnal yang dituliskan oleh Verzeletti dan kawan-kawan (2016), disebutkan bahwa jika memiliki kesehatan mental yang baik, kita dapat menghadapi stres dengan lebih baik dan lebih jarang menunjukkan gejala stres.

Selain itu, hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita juga akan lebih baik, dengan lebih sedikit konflik atau pertengkaran.

Houben dan kawan-kawan (2016) juga menulis bahwa ketika kita menghadapi hal-hal yang membuat kita tidak nyaman, maka kita akan lebih mudah menyesuaikan diri dan jarang berpikiran negatif.

Seseorang yang memiliki kemampuan mengatur emosi dengan baik akan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Ia cenderung akan berbagi emosi positif maupun negatif dengan orang lain, sehingga hubungan dengan teman-temannya akan menjadi lebih dekat. Orang-orang di sekitarnya pun cenderung lebih menyukai orang tersebut.

Kebalikan dari regulasi emosi adalah disregulasi emosi. Disregulasi emosi adalah kesulitan yang dialami seseorang dalam mengubah atau mengendalikan emosi yang dirasakannya.

Kesulitan ini menyebabkan emosi negatif yang muncul dapat memengaruhi masalah atau situasi.

Seseorang yang mengalami disregulasi emosi bukan berarti mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengatur emosi sama sekali.

Namun, disregulasi emosi dapat terjadi ketika seseorang mengalami situasi di mana emosi mereka sangat kuat. Ini bisa menyebabkan seseorang melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, mengganggu pencapaian tujuan, dan menyebabkan kebingungan.

Orang yang mengalami disregulasi emosi sering bersikap spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu ketika mereka merasa sedih, marah, atau takut.

Misalnya, saat marah, mereka mungkin melempar barang, berteriak, atau mengamuk, dan kesulitan mengidentifikasi emosi yang mendasarinya. Hal ini bisa menimbulkan rasa bersalah, perasaan terbebani oleh emosi, dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kesulitan dalam mengatur emosi bisa membuat seseorang melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri, seperti melukai diri sendiri untuk meredakan ketegangan dan mencari ketenangan. Namun, tindakan ini tidak menyelesaikan masalah.

Kesulitan dalam mengatur emosi juga berkaitan dengan gangguan kesehatan yang lebih serius, seperti kecemasan dan depresi.

Maka dari itu, kita perlu mengetahui cara-cara untuk mengatur emosi pada diri sendiri. Berikut ini merupakan beberapa tips yang dapat dilakukan.

Pertama, berikan nama pada emosi yang sedang dirasakan.

Sebelum memberikan nama pada emosi yang dirasakan, kita perlu mengetahui emosi tersebut terlebih dahulu, di mana ini membutuhkan refleksi diri.

Memberikan nama pada emosi atau menuangkan emosi kita ke dalam bentuk verbal dapat mengurangi kebingungan atau beban mental terhadap apa yang sedang kita rasakan.

Kedua, berceritalah kepada orang yang dapat dipercaya.

Membagikan perasaan negatif kepada orang yang dipercaya dapat menghasilkan dampak yang baik bagi kesehatan psikologis dan fisik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com