Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warna-warni Kain Tradisional "Pasar Wastra" untuk Anak Muda

Kompas.com - Diperbarui 09/10/2023, 07:07 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berangkat dari sebuah komunitas berkain Remaja Nusantara (Swaragembira), Pasar Wastra hadir dengan fokus untuk merevolusi seni budaya di Indonesia melalui kain-kain tradisional.

Sudah berjalan sekitar dua tahun, merek lokal ini tidak hanya sekadar menjual berbagai macam wastra Indonesia.

Mereka juga memperkenalkan wastra dan cara penggunaannya kepada anak-anak muda, serta membantu mendorong perekonomian para perajin kain tradisional di daerah agar menjadi lebih baik.

"Awalnya, Pasar Wastra ini bisa dibilang hanya sebagai tempat penitipan kain-kain tradisional dari para perajin di daerah."

Demikian penuturan Brand Director Pasar Wastra, Anjas Wibisana, saat ditemui di acara pameran Inacraft on October 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), pekan lalu.

Baca juga: Kreasi Aksesori Cantik dari Biji Rudraksha

"Namun, karena banyak anak muda yang antusias memakai kain tapi tidak tahu mendapatkannya [dengan harga yang lebih ekonomis], akhirnya Pasar Wastra berinisiatif menjual kain-kain ini," terangnya.

Menurut Anjas, semua kain yang dijual di Pasar Wastra berasal dari perajin lokal, seperti batik Cirebon dan Pekalongan, lurik Yogyakarta, kain endek Bali, sasirangan khas suku Banjar, dan masih banyak lagi.

"Sebelumnya, kami hanya beli putus dari perajin secara online," kata Anjas.

"Tapi karena ada beberapa kain yang tidak sesuai ekspektasi, kami kemudian bekerja sama dengan beberapa perajin untuk membuat sistem baru."

"Jadi muncul ide bagaimana caranya bisa mengontrol bahan, motif, sampai pada pewarnaan itu sendiri," ujar dia.

Menggunakan warna-warna yang lebih pop

Jika dibandingkan dengan wastra pada umumnya, kain-kain tradisional yang dijual di Pasar Wastra lumayan mencolok dengan warna-warna yang lebih cerah.

Hal ini karena Pasar Wastra ingin memperkenalkan kain-kain tradisional dengan lebih relevan terhadap perkembangan zaman saat ini.

"Untuk warna tentunya kami juga menyesuaikan dengan identitas kami yang kebanyakan direpresentasikan oleh kaum muda, sehingga warna-warnanya pun lebih nge-pop," ungkap Anjas.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com