Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/11/2023, 18:18 WIB
Putri Aulia,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cinta adalah salah satu emosi yang paling kuat yang dapat dirasakan manusia. Namun, terlalu kecanduan akan cinta bisa menjadi sesuatu yang berbahaya.

Meskipun belum ada penelitian yang pasti mengenai hal ini, para ahli psikologi menunjukkan hasrat terhadap cinta, atau obsesi terhadapnya, dapat menjadi akar masalah lain seperti kecemasan, depresi, dan pola hubungan yang tidak sehat.

Sebuah studi pada tahun 2023 menggambarkan love addiction, yang kadang disebut juga sebagai kecanduan hubungan atau gangguan cinta obsesif, sebagai dorongan yang berlebihan dan tidak terkendali untuk mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang dari orang lain.

Baca juga: Mengapa Orang Bisa Jadi Bucin Alias Budak Cinta?

Dalam istilah masa kini, kecanduan cinta ini seperti bucin, yang seolah-olah begitu berhasrat mendapatkan cinta dari pasangan.

Ini bisa berarti mengembangkan perasaan yang tidak sehat atau ekstrem terhadap seseorang, atau terus-menerus mencari pasangan romantis.

Meskipun kecanduan cinta tidak termasuk dalam kategori diagnosa resmi dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM), pascadoktoral psikologi Gina Gerardo menegaskan istilah ini dapat membantu mengidentifikasi masalah hubungan atau masalah emosional tertentu yang mungkin dialami seseorang.

Baca juga: 5 Fakta tentang Cinta, Menyehatkan hingga Membuat Ketagihan

Tanda dan gejala

Pikiran obsesif

Merasa terus-menerus disibukkan dengan pikiran tentang cinta dan romansa atau objek kasih sayang kamu. Hal ini menjadi obsesif ketika sulit untuk fokus pada aspek lain dalam hidup.

Takut ditinggalkan

Ketakutan yang intens akan kesendirian atau ditinggalkan, yang mengarah pada perilaku melekat dan kebutuhan konstan akan kepastian. Kamu mungkin juga mengalami semacam "penarikan diri" atau pikiran-pikiran yang mengganggu ketika pasangan kamu tidak ada.

Pola hubungan yang tidak sehat

Mengulangi siklus hubungan yang intens dan berumur pendek atau tetap berada dalam hubungan yang toxic meskipun sudah ada tanda bahaya.

Mengabaikan diri sendiri

Memprioritaskan kebutuhan dan keinginan pasangan di atas kesejahteraan pribadi dan mengabaikan tujuan, minat, dan kebutuhan kamu sendiri.

Gejolak emosional

Mengalami pasang surut tergantung pada kondisi hubungan saat ini. Kamu mungkin merasakan perasaan euforia yang lebih dari apa yang biasanya dialami dalam hubungan romantis.

Dampak love addiction pada kesejahteraan pribadi

Ketika menangani masalah emosional, kadang sulit untuk mengenali kapan perasaan cinta dalam hidup kamu lebih bersifat merugikan daripada menguntungkan.

Walaupun gejala love addiction bisa memperburuk masalah kesehatan mental lainnya, gejala ini juga dapat memperparah kondisi yang sudah ada sebelumnya. Beberapa masalah kesehatan mental yang terkait dengan love addiction meliputi:

  • Kecemasan.
  • Depresi.
  • Rasa rendah diri.
  • Gangguan tidur.
  • Ketergantungan.
  • Gangguan makan.
  • Gangguan kepribadian ambang (BPD).

Gerardo juga memberikan peringatan terkait dampak love addiction pada kehidupan sehari-hari.

"Jika perilaku ini merusak hubungan kamu dengan teman dan keluarga, atau menghalangi tanggung jawab lain seperti pekerjaan, pengasuhan anak, pembayaran tagihan, atau janji medis, itu bisa menjadi pertanda adanya masalah serius," jelas Gerardo.

Baca juga: Bukan Sekadar Emosi, Begini 2 Efek Cinta pada Kesehatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com