Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/06/2024, 19:35 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Stres ternyata bisa menyebabkan bau badan yang unik, berbeda dengan jenis keringat lain seperti keringat setelah berolahraga.

Melansir Medical News Today, seseorang yang stres akan mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Mereka juga akan bernapas lebih cepat dan ototnya menegang.

Produksi keringat mereka juga akan lebih banyak untuk mendinginkan tubuh sebagai respons dari kenaikan suhu tubuh.

Baca juga:

Perubahan-perubahan ini terjadi sebagai respons pelepasan hormon stres seperti kortisol, norepinefrin, dan adrenalin.

Ketiganya membantu menyiapkan tubuh dalam merespons stres.

Kulit kita memiliki dua tipe kelenjar keringat, yakni:

  • Kelenjar ekrin: memproduksi keringat yang bersih, tanpa bau, serta cepat menguap dan mendinginkan tubuh. Ketiak, telapak tangan, kaki, dahi, dan pipi memiliki kelenjar ini.
  • Kelenjar apokrin: kelenjar yang lebih besar dan memproduksi cairan lebih kental. Cairan tersebut mungkin membawa lebih banyak bau setelah berinteraksi dengan bakteri di kulit. Area kelamin dan ketiak memiliki kelenjar ini.

Kedua tipe kelenjar merespons sinyal-sinyal saraf yang bereaksi terhadap emosi, hormon, dan pesan dari otak yang mengalamatkan panas tubuh. Aktivitas fisik juga menstimulasi saraf-saraf tersebut.

Keringat stres

Kelenjar apokrin merespons secara langsung norepinefrin, hormon yang bersirkulasi selama respons stres.

Keringat lebih kental yang diproduksi kelenjar ini bisa saja bereaksi dengan bakteri di kulit dan menciptakan bau yang kuat, yang kerap diasosiasikan dengan keringat stres.

Bau yang lebih kuat itu mungkin menjadi bagian dari insting bertahan hidup seseorang.

Menurut sebuah penelitian kecil pada tahun 2012, 14 partisipan mengidentifikasi wajah netral sebagai wajah yang lebih sering marah ketika mereka juga dapat mencium bau keringat stres. Hal ini tidak terjadi pada keringat karena olahraga.

Baca juga:

Para peneliti berpendapat bahwa bau keringat stres dapat menyebabkan seseorang yang mengalami reaksi stres lebih memperhatikan pemicu dan faktor di lingkungan yang dapat menimbulkan ancaman.

Satu studi tahun 2022 mengidentifikasi bau khas peserta studi dalam kondisi wawancara yang penuh tekanan berbau mirip dengan daun bawang yang ditumis.

 
 
 
Sieh dir diesen Beitrag auf Instagram an
 
 
 

Ein Beitrag geteilt von KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com