Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Teror Kekisruhan Pangan, Bomnya Meledak Kemudian

Kompas.com - 19/05/2018, 19:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Begitu pula kategori yang ‘tidak lagi dikonsumsi’ dipoles menjadi ‘dikurangi’ – agar memberi ruang bagi siapa saja yang masih punya peran bermain, baik di sektor industri maupun perdagangan. Padahal, tubuh manusia bukan produk industri dan apalagi bisa dimanipulasi.

Tidak banyak yang menyadari bahwa kondisi kita berbeda dengan Amerika, misalnya. Itu saja pihak badan pengawasan obat dan makanan di sana menuntut produsen dan gerai kopi membayar denda, karena mereka gagal membuktikan bahwa akrilamid tidak menyebabkan kanker.

Padahal, semua hasil penggorengan biji kopi mereka menghasilkan produk akrilamid tersebut. Denda yang ditarik ujung-ujungnya untuk asuransi risiko kanker publik yang diprakirakan akan meledak.

Baca juga: Gizi, Vaksinasi, Edukasi: Tiga Pilar Membangun Generasi

Di sini? Mana bisa. Tidak ada satu pun industri pangan bisa ditodong untuk semua jenis penyakit tidak menular, yang diam-diam secara menahun disebabkan oleh ulah mereka dan keliaran iklan yang merangsang mata remaja.

Bahkan, industri pangan jelas-jelas menggandeng tangan institusi kesehatan, menjadikannya ‘konco’ – dan sesama kawan tak ada istilah menelikung, bukan?

Teror di berbagai penjuru, baik yang disadari maupun tidak ada di sekitar kita. Negara wajib melakukan upaya perlindungan, dan dengan penjelasan serta niat baik, pembatasan atau pelarangan memang kerap kali diperlukan.

Seperti halnya seorang ayah melarang anaknya main senjata api. Senjata api tidak selamanya buruk. Tapi, jelas bukan di tangan seorang anak. Apalagi, menganggap bisa foto dan punya senjata api itu ‘keren’.

Baca juga: Papua, Mereka Dimiskinkan di Tanah yang Kaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com