Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Tetap Kompak Sebagai Orangtua Setelah Bercerai

Kompas.com - 23/07/2019, 16:38 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber POP SUGAR

4. Pertimbangan kebutuhan anak sesuai usia

Cara lainnya agar anak lebih mudah menerima perceraian orangtua adalah tetap memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan usia. Misalnya, hingga usia anak 3 tahun biasanya anak tidak ingat bahwa kedua orangtuanya itu pernah bersama jadi mereka mudah beradaptasi.

Namun, jika usia anak sedikit lebih dewasa, menghadapi perceraian orangtua cenderung lebih sulit bagi mereka.

Pada survei pembaca Popsugar, responden di bawah usia 13 tahun cenderung lebih marah pada perceraian kedua orangtuanya ketimbang responden remaja atau dewasa muda.

Anak-anak remaja juga menghadapi tantangan unik. Ahrons mengatakan, remaja saat ini cenderung fokus pada diri mereka sendiri dan lebih narsis. Sehingga ketika orangtua mereka datang dan mengacaukannya, mereka akan sangat marah.

Menurut Ahrons, perceraian ketika anak memasuki masa transisi, seperti saat akan memasuki bangku kuliah, sebaiknya dihindari. Sebab anak cenderung berpikir apakah orangtuanya selama ini bersandiwara karena ia melihat mereka baik-baik saja.

Baca juga: Ikut Baper karena Song-Song Cerai, Kok Bisa?

5. Pertimbangkan ketika akan memperkenalkan pasangan baru

Sebaiknya tunggu setidaknya enam bulan hingga satu tahun sebelum memperkenalkan anak pada siapapun. Sebab, kondisi tersebut akan membuat anak merasa kehilangan terlalu cepat.

Selain itu, ketika akan memperkenalkan pasangan baru, pastikan kamu memberitahu mantan pasangan tentang rencana tersebut.

"Salah satu sumber rasa sakit dan instabilitas pada anak dari perceraian orangtua adalah ketika mereka harus membuka pintu untuk pasangan baru orangtua mereka," kata Adams.

Menurut survei, mereka yang punya hubungan positif dengan orangtua tirinya telah menjalani pendekatan perlahan di awal. Orangtua yang menghormati kebutuhan anak, dengan tetap menjaga hal-hal terkait mantan pasangannya, cenderung mendapatkan persetujuan anak untuk pasangan baru.

6. Atasi dengan baik perceraian karena perselingkuhan

Menjaga hubungan baru adalah hal sulit, namun akan jauh lebih menantang jika pernikahan berakhir karena adanya perselingkuhan. Biasanya pengasuhan bersama juga akan lebih sulit.

"Mereka mungkin merasakan rasa marah, dendam dan terhina ketika harus melalui perceraian tersebut dan membuat keputusan bersama tentang pembagian sumber finansial atau jadwal kunjungan," kata Adams.

Situasi ini akan sangat menyakitkan untuk pihak yang dikhianati. Namun, karena mereka masih perlu menjalani perceraian kolaboratif, lebih baik mereka menyimpan amarah dan dendam agar tidak timbul rasa sakit lebih atau trauma.

Baca juga: Inikah Faktor yang Membuat Putri Diana Yakin Bercerai?

7. Jangan bertengkar setiap kali bertemu

Ketika sudah bercerai, biasanya akan ada saja potensi konflik bersama mantan pasangan. Situasi itu akan membuat anak kesal.

Jadi, alih-alih menunjukkan pertengkaran, lebih baik menghindari interaksi langsung. Misalnya, membagi tugas mengantar-jemput anak (satu orangtua mengantar dan satu lagi menjemput).

"Anak-anak tak perlu orangtuanya menjadi sahabat. Tapi mereka tidak mau merasa takut tentang apa yang terjadi ketika kalian bertemu," kata Ahrons.

8. Jangan menyimpan masalah di bawah permukaan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com