Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Kanker Serviks Bikin Mandul, Mitos atau Fakta?

Kompas.com - 05/11/2022, 10:38 WIB
Chelsea Austine,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai negara yang kaya akan budaya, Indonesia memiliki sejumlah mitos yang masih dipercayai hingga saat ini.

Umumnya, mitos dinilai sebagai wejangan atau opini dari para nenek moyang yang pernah mengalami kejadian tertentu. Nah di negeri ini, mitos ditemukan di berbagai area, bahkan di bidang kesehatan pun ada berbagai mitos, salah satunya mengenai kanker serviks.

Kanker serviks merupakan penyakit yang menyerang bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina atau disebut dengan serviks.

Lewat acara Kelas Jurnalis yang diadakan oleh Merck Sharp & Dohme Jakarta, perusahaan farmasi dan riset kesehatan, Rabu (2/11/22), dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc., Sp.PD selaku Spesialis Penyakit Dalam & Vaksinolog, memberikan pemahaman seputar vaksinasi dan mitos terhadap kanker serviks.

Saat ini, para pakar dan bidang kesehatan, menyetujui bahwa solusi paling efektif untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah lewat vaksinasi. Pasalnya, Human Papilloma Virus (HPV) yang mengakibatkan terjadinya kanker, memiliki kemampuan untuk menghindari sistem imunitas tubuh.

Mungkin terlintas di pikiran kamu bahwa imun sistem seharusnya bisa menangkal berbagai macam virus dan memahami cara kerjanya dengan membentuk antibodi.

Nyatanya, virus HPV merupakan salah satu virus yang paling "licik" karena mampu menghindari sistem tersebut.

Mereka yang terinfeksi HPV, kemungkinan antibodi tubuhnya rendah dan sistem imunitas tubuhnya tidak dapat mendeteksi virus HPV. Maka dari itu, harus dibantu dengan vaksinasi.

Baca juga: Penyebab Kanker Serviks, Gejala, Perawatan, dan Pencegahannya

“Jadi orang kalau tidak divaksinasi, musti sakit dan terinfeksi dulu baru punya antibodi, tetapi mereka yang sudah divaksinasi sudah bisa punya antibodi tanpa harus mengalami sakit."

"Vaksin HPV (nantinya) disuntik di lengan. Ketika divaksinasi ada tiga hal yang terjadi dalam tubuh. Pertama, vaksin disuntik lalu tubuh mengenali komponen vaksin tersebut. Kedua, tubuh akan melawan untuk membentuk antibodi atau kekebalan. Paling penting ketiga, tubuh akan mengingat,” ujar dr. Dirga.

Adapun, penelitian mengenai efektivitas dari vaksin HPV menunjukkan bahwa vaksin akan ampuh bekerja dengan tingkat keberhasilan di angka 90% - 100%.

Lalu, siapa saja yang harus menerima vaksin HPV?

Pertama, vaksin diberikan kepada mereka sebelum aktif secara seksual, maka dari itu banyak program vaksinasi yang tertuju pada anak sekolah.

Kedua, seluruh perempuan mulai dari usia 9 tahun. Ketiga, seluruh perempuan dewasa usia 19 - 26 tahun (paling ideal) dan dapat diberikan hingga 55 tahun.

Terakhir, bisa juga untuk laki-laki berumur 19 - 26 tahun karena HPV bisa menyerang bagian anus dan penis.

Baca juga: Kanker Serviks, Penyebab, Virus, Hingga Cara Mencegahnya

Namun memang, dr. Dirga memaparkan bahwa ada banyak langkah lain yang bisa dilakukan sebagai tindakan preventif selain vaksinasi.

Beberapa diantaranya adalah tidak melakukan aktivitas seksual berisiko seperti memiliki banyak partner seks, melakukan sirkumsisi untuk lelaki menjaga kebersihan diri, tidak merokok, dan melakukan screening test berkala yakni Pap Smear atau Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA Test), khususnya bagi mereka yang aktif secara seksual.

Mitos tentang vaksinasi kanker serviks

Berbicara mengenai mitos ataupun stigma, ada beberapa kepercayaan yang masih dianut oleh masyarakat seperti vaksinasi kanker serviks bisa bikin mandul. Padahal, faktanya sangat berbeda.

Selain itu, mereka yang sering kontrol HPV atau mendapatkan kanker serviks kerap dituduh gemar ganti pasangan. Nyatanya, mereka yang memiliki satu pasangan sekalipun, tetap berpotensi tertular HPV, apalagi jika pasangannya telah terinfeksi HPV sebelumnya.

Jangan lupa juga, ada penularan dari rute non-seksual akan HPV seperti riwayat keturunan, pola hidup tidak sehat, penggunaan pil KB, dan sebagainya.

Lalu ada anggapan bahwa vaksin kanker serviks menandakan pemerintah mendukung anak-anak sejak dini untuk lebih aktif secara seksual. Padahal sebenarnya, efektivitas vaksin HPV pada anak perempuan yang belum aktif secara seksual jauh lebih efektif dan efisien.

Baca juga: Cegah Kanker Serviks Sejak Dini Lewat Vaksinasi

Dr. Prima Yosephine, M.KM selaku Plt. Direktur Imunisasi Kemenkes RI, bahkan menyampaikan bahwa, pencegahan sejak dini saat ini menjadi prioritas dan dua kali suntikan saja sudah lebih dari cukup, tidak perlu sampai booster.

Selanjutnya, mitos tentang kemandulan setelah melakukan vaksinasi HPV atau kanker serviks. Hal ini tidak benar adanya karena vaksin tersebut tidak mempengaruhi kandungan ataupun siklus menstruasi.
Apalagi vaksin ini telah dilakukan di seluruh mancanegara, uji klinis dari para ahli tidak menemukan suatu konklusi bahwa adanya hubungan antara vaksin dengan mandul.

Terakhir, mitos yang mengatakan bahwa vaksin HPV akan membuat seseorang terinfeksi HPV. Dr. Dirga menekankan sekali lagi, melakukan vaksin bukan berarti kamu akan tertular, karena sebenarnya bahan aktif antigen pada kandungan vaksin itu tidak menggunakan virus HPV aktif.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com