Sejumlah penelitian juga membuktikan jika erotomania bisa menjadi cara untuk mengelola stres atau trauma yang ekstrem, selain juga faktor genetika.
Baca juga: Perbedaan Halusinasi dan Delusi
Ada sejumlah faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko erotomania pada diri seseorang yakni:
Gejala erotomania yang paling utama adalah keyakinan tegus dan delusi bahwa orang lain sedang jatuh cinta pada dirinya.
Fantasi itu meningkatkan suasana hati dan harga diri penderitanya sehingga mereka akan marah jika diberi tahu sebaliknya.
Baca juga: 5 Tanda Kita Memiliki Obsesi Tak Sehat dengan Seseorang
Penderitanya bisa berperilaku normal dalam sebagian aktivitasnya namun delusinya berkembang ketika mereka merasa mendapatkan pesan terselubung dari objek obsesinya itu.
Gejalanya termasuk menguntit, komunikasi tertulis dan tindakan melecehkan lainnya.
Mereka bisa saja mengaku mendapatkan pesan cinta rahasia lewat hal kecil termasuk pelat nomor kendaraan hingga lampu pesawat.
Paradoksnya, keyakinan ini semakin terpicu ketika objek delusinya menolak perhatian maupun tindakan ekstrem mereka.
Baca juga: Apa yang Sebabkan Wanita Mendadak Mudah Terbawa Perasaan?
Erotomania adalah kondisi yang berbahaya untuk penderitanya maupun objek kasih sayang mereka.
Hal ini bisa memicu tindakan kriminal termasuk tindakan menyakiti diri sendiri ketika penderitanya mendapatkan penolakan.
Selain itu, objeknya akan terus dihantui dengan berbagai perilaku ekstrem sehingga ketakutan dan merasa tidak nyaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.