KOMPAS.com - Puasa intermiten dan defisit kalori menjadi dua jenis diet yang cukup populer di masyarakat dalam menurunkan berat badan.
Beberapa orang berpendapat bahwa membatasi makan pada waktu tertentu dalam sehari (puasa intermiten) secara alami berdampak pada penurunan berat badan secara alami.
Sementara yang lain percaya memantau dan memangkas kalori dengan mengurangi jumlah kalorinya secara bertahap adalah cara yang lebih efektif.
Lantas dari kedua diet itu, mana yang lebih efektif dalam menurunkan berat badan?
Baca juga: Risiko Kesehatan di Balik Diet Rendah Karbohidrat
Shuhao Lin, MS, RDN, peneliti studi dan ahli gizi terdaftar di University of Illinois Chicago bersama rekan-rekannya merekrut 90 orang dewasa yang mengalami obesitas.
Peserta yang ikut berpartisipasi dalam riset ini usia rata-rata 40 tahun, 33 persen berkulit hitam, dan 46 persen orang Hispanik.
Para peneliti kemudian membagi peserta menjadi tiga kelompok yang mana satu kelompok hanya bisa makan antara siang hingga pukul 20:00, satu kelompok membatasi asupan kalori harian mereka sebesar 25 persen, dan yang lain tidak melakukan perubahan pola makan.
Setelah 12 bulan, mereka yang melakukan puasa intermiten dan defisit kalori melaporkan hasil penurunan berat badan yang sangat mirip.
"Dalam penelitian kami, ditemukan bahwa dengan mempersingkat waktu makan menjadi delapan jam, orang mengurangi jumlah asupan kalori yang sama dengan memangkas kalori sekitar 400 kkal per hari pada kedua kelompok,” kata Lin, seperti dilansir Health.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.