Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gisela Perez, Maraton Ke-44 Kali di Usia 70 Tahun, Apa Rahasianya?

Kompas.com - 03/11/2023, 10:38 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Gisela Perez jatuh cinta pada olahraga lari sejak pertama kali sepatunya menginjak trotoar.

Tumbuh besar di Bronx, New York, dia berlari secara kompetitif saat kuliah dan kembali ke olahraga ini untuk rekreasi setelah melahirkan anak pertamanya.

Selama bertahun-tahun, lari telah membantunya mengatasi stres serta rasa kehilangan, dan kisah cintanya dengan olahraga ini terus berlanjut hingga saat ini.

Terbaru, hari Minggu (5/11/2023), Perez berharap dapat menyelesaikan TCS New York City Marathon yang ke-24, sekaligus maraton ke-44-nya secara keseluruhan, pada usia yang sudah mencapai 70 tahun.

Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat pasti akan memberikan dukungan kepadanya, karena Perez dikenal sebagai pelatih untuk dua kelompok New York Road Runners (NYRR) yang berbeda.

Baca juga: 10 Tips Panjang Umur dari Wanita Pelari Maraton Tertua di Dunia

Pertama, kelompok Run for the Future, untuk siswa sekolah menengah, dan Striders, untuk orang dewasa yang lebih tua yang ingin menjadi dan tetap bugar.

"Saya pribadi merasa bahwa tidak ada batasan usia untuk berolahraga," kata Perez saat dihubungi oleh Mindbodygreen.

Mengenai bagaimana dia bisa tetap mengenakan sepatu ketsnya di minggu demi minggu, berikut adalah enam rahasia yang diyakini telah membantu Perez untuk tetap berlari selama beberapa dekade ini.

1. Membentuk komunitas lari

Ketika Perez pertama kali mulai berlari untuk rekreasi, tidak banyak wanita yang melakukannya di lingkungannya.

Jadi dia bergabung dengan sekelompok pria lokal yang menjuluki diri "pejuang akhir pekan" dan melakukan lari jarak jauh yang melelahkan pada hari Sabtu dan Minggu.

Saat ini, komunitas lari di New York sangat berbeda. Perez mencatat bahwa ada kelompok untuk semua orang, terlepas dari jenis kelamin, latar belakang, usia, atau tipe tubuh mereka.

Sejak memulai, Perez bergabung dengan banyak kelompok ini, dan bahkan memulai kelompoknya sendiri di Bronx demi tetap termotivasi untuk bergerak.

Baca juga: Langkah-langkah yang Harus Disiapkan untuk Ikut Maraton

"Ketika kamu berlari bersama sebuah kelompok, mereka menawarkan kamu jaring pengaman dan outlet sosial."

"Kamu juga memiliki akuntabilitas. Pada hari-hari ketika kamu tidak ingin berlari, kamu berpikir, 'Oh, tunggu, ada kelompok di luar sana, dan mereka mungkin menunggu saya,'" kata dia.

Aspek sosial dari lari berkelompok juga membantu menjalin ikatan baru yang kuat selama bertahun-tahun.

"Ketika kita bergabung dengan kelompok lari dan mengenal orang lain, kita menjadi satu, kita menjadi keluarga. Kita saling menjaga satu sama lain."

2. Meningkatkan latihan cross-training

Perez mencatat, di usia 20-an, 30-an, dan 40-an, dia bisa berlari enam hari berturut-turut tanpa istirahat.

Namun untuk bisa terus berlari, dia harus menjadikan cross-training sebagai prioritas.

"Jika saya berlari, keesokan harinya saya akan melakukan cross-training. Saya tidak akan kembali dan berlari lagi karena tubuh saya belum sepenuhnya pulih."

"Jika tubuh sangat lelah setelah berlari, saya akan melakukan kelas yoga ringan atau berjalan-jalan keesokan harinya."

Baca juga: Pria Asal China Lari Maraton Sambil Merokok, Finis dalam Waktu 3 Jam

Latihan beban, latihan resistance band, dan spinning adalah beberapa latihan yang akan dilakukan Perez di hari liburnya untuk mempertahankan massa otot-yang ia tahu akan semakin penting seiring bertambahnya usia.

3. Memprioritaskan tidur

Tidur adalah alat pemulihan lain yang diprioritaskan Perez selama bertahun-tahun.

"Saya mencoba untuk tidur sebanyak mungkin setelah lari jarak jauh, karena saya tahu hal itu akan membantu pemulihan otot-otot."

Memang, penelitian menunjukkan bahwa tidur berkualitas tinggi dapat membantu otot pulih setelah berolahraga dan mengurangi risiko cedera. Sedangkan, kurang tidur dikaitkan dengan risiko kerusakan otot.

Untungnya, berlari (atau melakukan olahraga apa pun) secara teratur memiliki dampak positif pada kualitas tidur dan membantu mengurangi kemungkinan seseorang mengalami insomnia.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com