KOMPAS.com - Memiliki kualitas tidur yang baik sama pentingnya dengan mendapatkan nutrisi yang cukup dan olahraga secara rutin.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kurang tidur dapat membuat kita berisiko lebih besar terkena obesitas, hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan bahkan kematian dini.
Selain itu, kurang tidur juga dapat berdampak buruk pada suasana hati, kesehatan mental, produktivitas, serta fokus kita sepanjang hari.
Baca juga: 5 Minuman Hangat agar Tidur Nyenyak Sepanjang Malam
Untuk memperbaiki kualitas tidur ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Berikut ulasannya.
Lebih lanjut, berikut adalah beberapa saran yang diterapkan untuk memperbaiki kualitas tidur yang lebih baik, seperti dikutip dari laman New York Post.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep Health menemukan, orang yang tidur setidaknya satu jam lebih lama saat akhir pekan memiliki tingkat penyakit kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak tidur lebih lama.
Manfaat terbesar terlihat pada mereka yang tidur kurang dari enam jam di hari kerja dan tidur setidaknya dua jam lebih lama di akhir pekan.
Baca juga: 5 Cara Bikin Kamar Tidur Wangi agar Tidur Lebih Nyenyak
Temuan ini pun diakui valid oleh Marc Siegel, seorang profesor klinis kedokteran di NYU Langone Medical Center.
"Lebih banyak tidur membuat metabolisme tubuh turun ke tingkat yang lebih rendah, sehingga risikonya pun lebih rendah," katanya.
Kebanyakan orang cenderung berfokus pada jumlah jam tidur setiap malam, tetapi para ahli mengatakan bahwa itu mungkin bukan hal yang paling penting.
Pada bulan November, para peneliti Harvard mempresentasikan temuan studi yang menunjukkan keteraturan tidur yang meliputi aktivitas tertidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.
Hasilnya, keteraturan tidur ini bsa jadi lebih penting daripada kuantitas.
"Ketika ritme sirkadian terganggu karena tidur dan bangun pada waktu yang berbeda setiap hari, kita dapat mengalami sejumlah konsekuensi kesehatan yang negatif, termasuk insomnia, kelelahan di siang hari, kesulitan berkonsentrasi dan peningkatan risiko penyakit kronis," ungkap salah satu peneliti.
Baca juga: Cara Mengatasi Asam Lambung Naik Saat Tidur
Menggunakan alat pelacak tidur bisa membantu orang mendapatkan durasi dan kualitas tidur yang sehat.
Tetapi, terlalu terpaku pada data tersebut juga dapat menyebabkan gangguan yang disebut "ortosomnia".
Penelitian di Journal of Clinical Sleep Medicine menciptakan istilah ini untuk menggambarkan pasien yang sibuk atau khawatir dengan meningkatkan atau menyempurnakan data tidur mereka.
"Orang yang menjadi obsesif atau cemas tentang pelacakan tidur harus beristirahat sejenak dari pelacakan atau berkonsultasi dengan spesialis tidur," ungkap para ahli.
Baca juga: 6 Langkah untuk Miliki Kualitas Tidur yang Lebih Baik
Pembuat aplikasi tidur dan meditasi, Calm, mencatat, sebanyak 78 persen responden yang kurang tidur memiliki kesehatan mental yang buruk.
"Kurang tidur memengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan mental kita," kata Dr Raj Dasgupta, kepala penasihat medis di Sleepopolis di California, Amerika Serikat.
"Dan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental lebih mungkin mengalami insomnia atau gangguan tidur lainnya," jelas dia.
Baca juga: 8 Tips Menata Kamar Sesuai Feng Shui agar Tidur Lebih Nyenyak
Untuk itu, para ahli merekomendasikan orang-orang yang mengalami kesulitan tidur, dan itu berdampak pada kesehatan mental, agar segera berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental atau juga dokter.
View this post on Instagram