KOMPAS.com - Gagap atau stuttering merupakan masalah ketidaklancaran bicara dalam bentuk pengucapan kata maupun kalimat yang biasanya dialami oleh anak-anak.
Gangguan ini biasanya terjadi pada anak-anak yang baru mulai berbicara, yakni di usia dua sampai lima tahun.
Baca juga:
Bicara gagap, jika tidak ditangani, dapat membuat anak merasa tidak percaya diri dan menarik diri dari lingkungannya. Meski demikian, orangtua tak perlu khawatir untuk menghadapi kondisi tersebut.
Dokter spesialis anak, dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, menjelaskan cara mengenali gejala dan deteksi dini kegagapan pada anak.
Menurut Bernie, gejala gagap pada anak biasanya terlihat pada saat anak mengucapkan suatu kalimat.
Dalam suatu kalimat, kata Bernie, seorang anak yang gagap akan mengalami gangguan pengucapan kata, mulai dari pengulangan sebagian kata, pemanjangan kalimat, hingga keragu-raguan dalam mengucapkan suatu kata.
Untuk kasus yang lebih ringan, biasanya pengulangan atau pemanjangan katanya hanya ada di kata di awal kalimat.
“Biasanya dapat berupa pengulangan di awal kata, misalnya, ‘Saya mau minum’ pengucapannya jadi, ‘Sa-sa-sa…ya mau minum’ atau, ‘Ssssaya mau minum’,” ujar Bernie saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/1/2024).
Sementara itu, untuk kasus gagap yang lebih berat, biasanya terjadi gangguan pengucapan di setiap kata dalam satu kalimat.
“Misalnya, kalimat, ‘Saya mau minum’ tadi, pengucapannya jadi, ‘Sa-sa-sa…ya mmmmau mi-mi..num’,” tambah dia.
Baca juga:
View this post on Instagram