Sebuah rumah tua
Tak lelah meriwayatkan diri
Angin senja hinggap di daun jendela
Dan segala rahasia mengendap di dada
Duduk di ruang tamu
Aku berguru pada topengtopeng kayu berdebu
: inilah aku, masa lalu yng membiru
Segala lagu bernyanyi di situ
Segala haru mengendap di liang waktu
Pada keramik tanah
Sejarah tak lelah mendesah
: seperti air, aku ngalir menuju laut lepas
Mengibaskan batubatu cadas
Melecut segala kemelut hidup
Sebelum pada akhirnya larut ditelan kabut
BERINGIN PUTIH
: diah hadaning
di tanah pilih ini tumbuhlah beringin putih
sulursulurnya menjulur sebatas bahu
berdahan tangan kasih sayang
akar tunjangnya berserabut
rindang dedaunan berdesah lembut
: aku lindungi kolam dan ikanikan!
aku pun tumbuh
diasuh angin gunung merapi
dibasuh rindu dalam gelinjang waktu
dalam tubuhku mengalir sungaisungai
sangsai
aku suka menggambar segitiga samasisi:
kaki langit, segalanya tampak wingit
ibu bumi, sejuta gelisah yang membuncah
laut, riak dan ombak salingdesak
di kedalaman sajak
: gerak dan isak!
bengkel puisi swadaya mandiri, jambi 2007
PENJOR DEPAN KANTOR GUBERNUR
: mengukur jalan bersama d zawawi imron
inilah pameran instalasi abad ini, bisikku padamu
tibatiba di udara sama kita baca:
50 TAHUN INDONESIA CEMAS
disangga pohonpohon hayat meranggas pucat
berjuta cahaya mengisyaratkan tandatanda bahaya